Membangun personal branding sama pentingnya dengan membangun brand instansi/korporasi. Berikut langkah-langkahnya.
Oleh: Fitria Adianti Putri, Icon PR INDONESIA 2019-2020, Communication and Protocol PT ASABRI (Persero)
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Personal branding pada intinya adalah janji kita kepada diri sendiri yang tujuannya untuk membentuk reputasi kita di mata publik. Tentu saja kita ingin reputasi yang nanti terbentuk adalah reputasi yang positif.
Silih Agung Wasesa dalam bukunya Personal Branding membantu kita membangun reputasi personal. Menurutnya, ada lima elemen yang diperlukan untuk membangun personal branding. Kelimanya saling bersinergi. Ia lantas merangkumnya menjadi Circle-P. Terdiri dari competency, connectivity, creativity, contribution, dan compliance.
“Competency”
Membangun reputasi pribadi di dalam benak target audiens atau stakeholder dengan cara mencari diferensiasi dari kompetensi yang kita miliki.
“Connectivity”
Ini berkaitan dengan upaya kita memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk memperkuat posisi personal kita di mata stakeholder. Dengan cara membuat orang semakin banyak membicarakan tentang kita. Poin utamanya bukan pada banyaknya publisitas, melainkan materi perbincangan yang kita bangun. Kemampuan kita membangun perbincangan dengan cara bercerita (storytelling) sangat berperan di sini.
“Creativity”
Untuk membuat alur cerita seperti itu dibutuhkan kreativitas (creativity).
“Contribution”
Kontribusi dianalogikan sebagai fungsi kontrol. Kuncinya bukan apa dan seberapa banyak hal yang sudah kita berikan, tetapi bagaimana membuat audiens mengetahui apa yang sudah kita kontribusikan.
“Compliance”
Pastikan cerita yang kita bangun itu porsinya pas, tidak berlebihan.
Masih dari buku karya Agung. Jika competency berada dalam tataran pikiran, maka connectivity dan creativity masuk dalam tindakan untuk membangun kedekatan dengan target audiens. Sementara contribution dan compliance bertujuan sebagai kontrol reputasi yang sedang kita bangun.