Pembelajar yang aktif, begitu kami mengenal sosok Muhammad Ihwan Fahrurrazi, saat masih menjabat sebagai Manager Humas PT Petrokimia Gresik (PG). Karakternya itu tidak pernah luntur selama tiga tahun kami mengenalnya. Namun kini ia mendapat amanah baru sebagai VP Penjualan Retail Wilayah Luar Jawa-Bali.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kepribadiannya juga bagaikan padi, makin berisi makin merunduk. Ihwan tetaplah Ihwan. Ia tahu diri karena pemilik gelar Master Biomanajemen dari SITH-ITB itu bukan berlatar belakang Ilmu Komunikasi. Tapi, ia juga tidak perlu merasa besar kepala meski kami tahu pengetahuan dan pengalamannya di bidang public relations (PR) sudah jauh melesat ketimbang pertama kali ia berkecimpung di dunia humas.
Padahal, di waktu yang terbilang singkat, ia telah berkontribusi mengantarkan Humas PG ke level strategis. Ia juga mendorong lahirnya Pedoman Komunikasi Perusahaan. Serta, mengantar timnya meraih banyak prestasi. Terakhir, PG menyabet Platinum di ajang PR INDONESIA Awards (PRIA) 2020. Di kompetisi itu pula, ia dinobatkan sebagai Best Presenter.
Kepada Ratna Kartika dari PR INDONESIA, melalui wawancara secara virtual, Jumat (8/5/2020), Ihwan bercerita tentang pengalaman dan harapannya kepada praktisi humas di PG dan tanah air. Berikut kutipannya.
Tampaknya Anda justru makin sibuk selama pandemi ini?
Benar sekali. Saya jarang melakukan WFH (work from home) selama pandemi. Lebih sering ke kantor/lapangan. Apalagi semenjak PG ditunjuk Kementerian BUMN menjadi Koordinator Satgas Tanggap Covid-19 untuk wilayah Jawa Timur. Kami harus berkoordinasi secara intensif dengan berbagai stakeholder mulai dari pemimpin daerah, masyarakat, aparat kepolisian, dan sebagainya. Kami bangun Posko Command Center Satgas Tanggap Covid-19 BUMN Jatim di 38 kota/kabupaten.
Di tengah pandemi Covid-19, apa peran humas dalam membantu dan mendukung keberlangsungan bisnis dan reputasi perusahaan tetap terjaga?
Meski di tengah pandemi dan terbatasnya ruang gerak karena adanya kebijakan jaga jarak fisik, bukan berarti humas berhenti berkomunikasi. Kita harus tetap terkoneksi dan menjaga engagement, termasuk dengan kolega kami yang berada di media sosial.
Kami tetap aktif memproduksi konten yang unik, kreatif dan relevan. Konten yang mengandung empati, dukungan dan sesuai dengan nilai-nilai perusahaan. Di masa krisis ini, kami tidak menggunakan terlalu banyak platform publik, seperti media sosial yang cenderung memproduksi konten berlebihan. Sebaliknya, Humas PG lebih banyak membangun acara daring seperti webinar dan konferensi video secara virtual yang kami yakini mampu menghasilkan interaksi yang lebih tenang, sejuk dan bergizi. Di sisi lain, korporasi tetap bisa terhubung dengan pelanggannya.
Apa langkah taktikal yang Anda lakukan jika menghadapi krisis seperti pandemi ini?
Ketika sedang menghadapi krisis, saya selalu minta kepada teman-teman untuk tetap tenang dan jangan panik. Cek dulu faktanya, hoaks atau bukan. Lalu, segera membentuk tim krisis. Pusatkan seluruh informasi yang masuk dan keluar hanya melalui tim krisis tersebut. Lakukan pemetaan terhadap pihak-pihak yang terpengaruh oleh isu itu. Tentukan pesan kunci. Identifikasi saluran komunikasi serta narasi yang tepat untuk dapat menjangkau masing-masing stakeholder, namun pastikan pesan kuncinya sama.
Tunjuk juru bicara resmi perusahaan. Kami menetapkan juru bicara secara berjenjang dari Sekretaris Perusahaan, level direksi, hingga CEO. Tentukan seberapa sering CEO perlu dimunculkan ketika berhadapan dengan publik.
Lainnya yang tidak boleh dilupakan, berikan edukasi dan informasi kepada internal karyawan tentang apa yang sedang terjadi. Termasuk, dos and don’ts-nya. Ini penting. Sebab, kebocoran informasi yang bersumber dari kalangan internal yang tidak berwenang akan memperparah atau malah menimbulkan krisis baru.
Kepada publik, tunjukkan usaha perusahaan dalam menyelesaikan masalah disertai empati. Empati adalah penawar di saat kita sedang menghadapi masalah yang cenderung membuat pihak-pihak yang terdampak menjadi lebih emosional dan sensitif. Lakukan pemantauan pemberitaan di berbagai media. Evaluasi perkembangannya secara konsisten. Laporkan kepada manajemen secara berkala.
Menurut Anda, seperti apa isu dan dinamika humas di industri produsen pupuk seperti PG saat ini?
Bisnis pupuk merupakan bisnis strategis yang sarat dengan aturan main yang ditentukan oleh pemerintah. Setiap perubahan peraturan selalu berimplikasi pada kebijakan perusahaan. Tantangan kami terletak pada seberapa cepat perusahaan merespons peraturan dan seberapa baik perusahaan mengomunikasikan perubahan.
Seperti apa latar belakang karier Anda?
Saya mengawali karier di Departemen Riset PG tahun 2005. Tugas saya saat itu menciptakan produk-produk baru yang akan menopang bisnis perusahaan. Sebagai kawah candradimuka, hampir seluruh produk inovasi PG dilahirkan di unit ini.
Selanjutnya, saya mendapat tugas mengoordinir seluruh aktivitas penjulan untuk wilayah Jawa Barat, Banten dan DKI, kemudian wilayah Jawa Tengah dan DIY. Yang menarik, tugas saya di sini tidak melulu memburu omzet, tapi juga belajar untuk menjadi representasi perusahaan dan menjalankan fungsi stakeholder management. Penugasan selanjutnya tak kalah menantang. Pada 1 Mei 2017, saya mendapat amanah sebagai Manager Humas korporasi sampai saat ini.
Apakah Anda berlatar belakang Ilmu Komunikasi?
Tidak sama sekali. Saya adalah sarjana pertanian dari Fakultas Pertanian Univeristas Brawijaya. Tahun 2011, saya meraih gelar Master Biomanajemen dari SITH-ITB.
Sempat merasa syok di awal penugasan?
Sebenarnya, belum ada manajer humas di PG yang berlatar belakang Ilmu Komunikasi. Meski begitu, bukan berarti mereka adalah orang yang kurang penting. Justru, mereka adalah orang terpilih dan punya kapasitas. Biasanya, mereka yang ditempatkan di sini adalah yang sudah mengarungi berbagai divisi. Pertimbangan manajemen bisa jadi untuk memastikan mereka yang menjadi humas benar-benar telah menyelami cara perusahaan ini bekerja.
Latar belakang pendidikan saya di bidang pertanian juga bukannya tidak berguna untuk pekerjaan humas. Justru, jadi modal kuat, baik ketika saya sebagai marketer maupun profesional PR. Karena produk utama PG adalah solusi bagi agroindustri, maka pendidikan formal pertanian sangat membantu menguasai konten, fenomena, danproduct knowledge.
Bagaimana Anda mengejar ketertinggalan, apalagi dunia PR dikenal dinamis?
Bisa dibilang humas itu bekerja 24/7 mulai dari menangani krisis, technical meeting, membuat konten publikasi, merumuskan stand by statement dan siaran pers, media monitoring, stakeholder management, media management, hingga memerangi hoaks dan spam. Belum lagi yang berkaitan dengan protokoler, event management, serta banyak lagi. Praktisi humas harus berurusan dengan berbagai pihak, mulai klien, CEO, direksi, bos, wartawan, aparat, LSM, masyarakat, stakeholders, sampai selebritas.
Untuk selalu tune in, saya banyak mendengar dan membaca. Beruntung di negeri ini kita memiliki media yang khusus mengupas tentang kinerja dan dinamika PR, PR INDONESIA. Majalah ini turut berkontribusi mengakselerasi saya di dunia kehumasan. Selain, tentu saja membaca ilmu-ilmu kehumasan.
Saya juga selalu berpikir positif, banyak berdiskusi, menggali PR wisdom dari para PR gurus, mengambil inti sari pengalaman orang lain terkait kehumasan. Termasuk, berani menceburkan diri ke dalam berbagai kompetisi kehumasan. Untuk selalu catch-up, tidak ada jalan lain selain harus berani. Beruntung, ketika saya bergabung di sini, Humas PG sudah diisi oleh orang-orang yang kompeten. Sebagai orang baru di humas, saya banyak belajar dan bertanya dengan mereka. Tidak perlu gengsi.
Apa pesan dan harapan Direktur Utama PG Rahmad Pribadi kepada humas?
Dirut pernah mengatakan bahwa bisnis perusahaan yang terus berkembang berimbas pada tidak bisa lagi menempatkan PR sebagai unit yang the last to be informed, but the first to be react. Tidak boleh dianggap sewaktu-waktu, tapi harus sudah menjalankan peran sebagai fungsi strategis manajemen dalam kaitannya untuk membangun, menjaga kesinambungan dan melindungi reputasi perusahaan. PR tidak boleh hanya menjadi loud speaker dari direksi, tetapi harus memberi nilai lebih pada pesan yang disampaikan. Bahkan, menjadi partitur korporasi.
Apa bukti keseriusan pimpinan hingga humas dipandang stategis?
Humas dinilai penting dan strategis karena ia langsung bergandengan dengan pembuat keputusan tertinggi. Misalnya, saat ada direksi akan diwawancarai oleh media, yang bersangkutan pasti memangil PR, lalu bertanya terkait pesan yang harus korporasi sampaikan. Untuk menjalankan peran itu, Humas PG harus terlatih dan tahu bagaimana membuat pesan kunci yang tepat. Humas itu penasihat bagi CEO-nya.
Dirut kami sangat antusias, bahkan mendorong kami untuk membentuk Forum Komunikasi PG Grup. Tujuannya, agar seluruh aspek komunikasi, tidak hanya di internal, tapi juga dengan anak usaha dan entitas anak usaha PG saling terkoneksi, bersinergi dan berkoordinasi. Saat pertemuan pertama forum ini, beliau menyempatkan waktu untuk hadir membuka acara dan memberikan arahan agar kami dapat mengelola aspek komunikasi dengan baik.
Saking menaruh perhatian kepada aspek komunikasi, tahun 2019, beliau mendapat penghargaan Best Leader Suporting PR & Communication di ajang Anugerah Humas Indonesia (AHI). Apresiasi ini adalah buah dari komitmen, dukungan dan kepedulian pimpinan terhadap kemajuan pengelolaan komunikasi korporat.
Selain aspek tadi, apa lagi yang melatarbelakangi Dirut dan jajaran direksi PG mendukung penuh keberadaan humas?
Board memandang dan menekankan bahwa komunikasi merupakah salah satu aspek terpenting dalam menjalankan bisnis. Untuk itu, mereka mendukung penuh pengelolaan aspek komunikasi seoptimal mungkin. Apalagi saat ini PG tengah melakukan transformasi bisnis sebagai solusi agroindustri menuju pertanian yang berkelanjutan.
Apa pengalaman yang paling menarik dan menantang selama menjadi humas?
Pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan tersediri buat saya dan tim. Namun, krisis ini adalah ladang bagi kita untuk belajar lebih baik. Tapi kalau boleh memilih, saya selalu terkesan dengan pengelolaan komunikasi di Masyarakat Sekitar Perusahaan (MSP) PG. Menarik, karena corak dan pola masyarakatnya khas dan beragam. Menantang, karena diversitas masyarakat menuntut kami untuk selalu berinovasi untuk menemukan variasi teknik komunikasi.
Sebagai jembatan antara MSP dengan manajemen, humas pun harus piawai bermain peran. Ketika humas ada di masyarakat yang dibawa adalah kepentingan perusahaan. Humas akan menjamin tidak ada kegiatan masyarakat yang mengancam kegiatan bisnis perusahaan.
Tapi, saat humas ada di internal dan manajemen, dia akan membawa kepentingan masyarakat. Humas akan menjamin tidak ada kepentingan masyarakat yang diabaikan oleh perusahaan. Inilah the beauty of PR. Peran ini membuat saya menjadi pribadi yang kaya. Pribadi saya yang senang mendengarkan dan belajar memang tidak berubah semenjak saya menjadi humas. Tapi, empati dan simpati saya jadi bertambah.
Warisan apa yang ingin Anda berikan kepada Humas PG?
Saya ingin mereka mewarisi semangat dan kepercayaan diri serta kebanggaan menjadi Humas PG. Perusahaan ini penting bagi bangsa Indonesia. Sebab, separuh hajat hidup pangan dikelola oleh perusahaan ini.
Saya juga selalu menekankan kepada teman-teman untuk tidak bergantung kepada orang lain. Mereka harus percaya dengan cita-citanya. Sehingga, siapa pun yang menjadi bagian dari Humas PG, tidak masalah, karena mereka memiliki karakter, prinsip dan filosofi yang sama.
Sejak kapan menemukan passion PR?
Saya termasuk yang percaya bahwa passion itu tidak ditemukan, tapi diciptakan. Artinya, jika kita tahu bahwa tugas yang diberikan kepada kita adalah pekerjaan mulia yang akan membawa kemanfaatan, maka hati dan pikiran ini akan mendorong lahirnya gairah untuk memproduksi passion tadi.
Apa yang dilakukan saat “me time”? Mengapa?
“Me time” saya itu bersama keluarga. Keluarga adalah charger dan sumber inspirasi. Saya juga suka membaca. Kalau sudah tenggelam dalam bacaan, segala tekanan yang sedang dirasakan seolah terangkat dan hilang. Berikutnya, bekerja. Aneh, ya? Tapi, ini serius. Saya cenderung kangen kalau enggak ngantor. Ha-ha-ha.
Apa prinsip hidup Anda?
Jangan putus asa, ada kuasa Tuhan terhadap sesuatu. Jalani hidup dengan integritas dan optimis. Percaya bahwa setiap permasalahan ada jalan keluarnya dan yakin usaha sampai.
Apa mimpi yang masih ingin Anda capai?
Banyak. Namun, saya diajarkan untuk selalu merasa cukup. Tapi, jika harus dirangkum dalam satu kalimat, saya ingin Indonesia menjadi negara yang berdaulat, adil, makmur. Dan, saya ada di dalamnya, terlibat aktif menggerakkan roda perubahan itu.
Apa hal yang pertama kali ingin Anda lakukan apabila pandemi ini usai?
Tak bisa dimungkiri, banyak sekali pekerjaan yang tertunda karena pandemi ini. Kelak kalau sudah usai, yang pertama kali ingin saya lakukan adalah mengunjungi petani. Sebelum pandemi, saya rutin berkunjung mendengarkan dan mencari aspirasi dari mereka. Mulai dari mencari tahu apa yang mereka harapkan sampai teknologi dan produk yang mereka butuhkan. (rtn)