Setelah selama tiga tahun mengarungi bahtera public relations (PR) sebagai Manager Humas PT Petrokimia Gresik (PG), Muhammad Ihwan Fahrurrazi, atau akrab disapa Ihwan, undur diri. Per 1 Juni 2020 , ia mendapat amanah baru sebagai VP Penjualan Retail Wilayah Luar Jawa-Bali.
JAKARTA, PRINDONSIA.CO – Dunia penjualan tak asing bagi Ihwan. Sebelum berlabuh di PR, peraih Best Presenter PRIA 2020 ini telah mengantongi pengalaman di bidang tersebut, khususnya Penjualan Retail Wilayah Jawa – Bali, selama dua tahun.
Saat ini, posisi Ihwan digantikan oleh Awang Djohan Bachtiar sebagai VP Humas. Prosesi penyerahan Annual Report Departemen Humas dari pria yang merupakan Insan PR INDONESIA 2018 dan 2019 itu kepada nakhoda Humas PG yang baru pun sudah dilakukan.
Keberadaan Annual Report ini penting karena dapat mempermudah pimpinan unit kerja yang baru untuk mengetahui dan memahami rangkuman perjalanan, capaian, torehan prestasi, serta inovasi yang sudah dilakukan oleh departemen tersebut, khususnya selama tiga tahun terakhir. Hingga akhirnya, mempersingkat waktu yang bersangkutan dalam mengambil keputusan.
Penuh Kesan
Ihwan mengaku telah menghimpun banyak pengalaman tak terlupakan selama menjadi PR. Pertama, sebagai PR, ia dituntut untuk cermat dan mampu merumuskan pesan, menulis dan menentukan sudut pandang. Lalu, menyusun pesan itu untuk khalayak tertentu, kemudian menyampaikan secara efektif, dan melakukan semuanya dengan strategi yang inovatif berkelanjutan. “Bekerja sebagai humas itu tidak hanya bekerja dalam konteks saat ini, tapi juga menempatkan hal-hal yang akan terjadi di masa depan dalam rencana komunikasinya,” katanya kepada PR INDONESIA secara tertulis, Rabu (3/6/2020).
Kedua, humas harus memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang business acumen (kemahiran berbisnis). “Jangan hanya menjadi humas yang medioker, biasa-biasa saja. Kita harus memiliki passion yang besar terkait bisnis korporasi, bukan hanya melulu tentang dunia kehumasan,” ujar peraih gelar Master Biomanajemen dari SITH-ITB.
Ketiga, menjadi PR itu ibarat sedang mengikuti kursus pengendalian diri. Kita dilatih menjadi pribadi yang responsif, tapi tidak reaktif. Setiap waktu, kita diasah untuk mampu menakar segala fenomena mulai dari kapan saatnya tampil dan waktunya bicara, hingga kapan harus diam, jangan bicara. Kita belajar bersabar dan cermat dalam menunggu. “Pengendalian diri adalah inti dari humas yang sebenarnya,” imbuh Ihwan.
Menurutnya, Humas PG telah memiliki kualitas dasar tim komunikasi yang baik. Kepada mereka, ia berharap Humas PG sampai pada taraf menjadi produsen solusi dan terus menerus membangun jejaring. “Sinergi jelas harus terus dirajut. Tapi, itu nomor dua. Nomor satunya, networking. Kalau sinergi didahulu-dahulukan, hasilnya bisa hanya pura-pura. Namun, kalau yang dijalinkan itu pertemanan dan perkawanan, apapun persoalan dan pekerjaannya akan jauh lebih mudah,” katanya. Sebab, pada dasarnya, praktisi humas yang beruntung adalah yang mampu memberikan faedah besar bagi yang lain. (rtn)