Isu lingkungan kerap tak terpisahkan dari aktivitas bisnis PT Petrokimia Gresik. Latar belakang inilah yang menginisiasi lahirnya DISKO MASTER. Apa itu?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Manajer Humas Petrokimia Gresik M. Ihwan tak memungkiri aktivitas bisnis perusahaan yang bergerak di bidang produsen pupuk ini memang tak terlepas dari berbagai isu. Mulai dari bau amoniak, asap, suara, hingga panas. Maka yang harus dilakukan adalah mengamankan daerah sekitar pabrik yang terdampak. Tercatat ada delapan desa yang masuk dalam ring satu perusahaan.
Sebenarnya, kata Ihwan saat melakukan presentasi di hadapan juri PR INDONESIA Awards (PRIA) di Jakarta, Rabu (4/3/2020), pabrik awalnya dibangun di kawasan marginal. Namun, seiring hadirnya aktivitas bisnis, perekonomian tumbuh dengan sendirinya, masyarakat pun lama-kelamaan mendekat. Pada akhirnya, pabrik layaknya berada di tengah-tengah kawasan yang padat penduduk. “Dalam kurun lima tahun terakhir, muncul desa-desa baru di sekitar pabrik,” katanya.
Menurut Ihwan membangun relasi dan reputasi perlu proses. “Awalnya, setiap menghadapi masalah, kami selesaikan dengan kegiatan religi. Namun, sering kali cara ini tidak efektif,” ujarnya mengaku.
Perusahaan meyakini solusi yang paling relevan saat ini adalah mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar. Apalagi saat ini mereka memiliki delapan koperasi. Semunya sudah berlisensi perusahaan. Koperasi ini dapat menjadi kail bagi masyarakat sekitar yang terdampak,” katanya.
Forum Diskusi
Dengan melihat latar belakang dan potensi ini, Petrokimia Gresik membuat identifikasi masalah hingga terbentuk forum diskusi. Mereka lantas membentuk forum diskusi bernama DISKO MASTER, akronim dari Diskusi Komunitas Masyarakat Terdekat. Diskusi ini melibatkan beragam stakeholder yang terdiri dari tokoh masyarakat (key opinion leaders), LSM, dan otoritas terkait seperti Pemda, DPRD, hingga aparat keamanan, sebagai wadah bagi perusahaan menyerap informasi dan menjalin komunikasi yang harmonis.
Pada akhirnya terbentuk hubungan yang saling mendukung, terutama dukungan stakeholder terhadap kegiatan operasional Petrokimia Gresik. “Kami mengundang LSM, lurah, kepada desa, LPMK, Kamil, dan Koramil untuk rapat di Kecamatan. Kami berdiskusi mengenai keinginan, kontribusi yang bisa kita berikan dan dibutuhkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Dari hasil pertemuan itulah perusahaan dapat memetakan isu, situasi dan kondisi teraktual di lingkungan masyarakat sekitar perusahaan. “Bahan-bahan yang terkumpul ini selanjutnya kami gunakan untuk menyusun rencana kerja yang bersifat strategis dan taktis. Salah satunya, program pemberdayaan masyarakat,” kata Ihwan.
Forum ini juga menjadi wadah bagi perusahaan untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas komunitas masyarakat. Hingga lahirnya program sosial ekonomi yang berorientasi pada kemandirian warga. “Saat ini kami telah membina 19 warung kelontong on-line sebagai bagian dari upaya dan komitmen perusahaan memberdayakan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Sementara untuk meminimaliasasi miskomunikasi dan disinformasi, Petrokimia Gresik mengerahkan delapan agen. Mereka tersebar di delapan desa sekitar perusahaan. Adapun yang bertanggung jawab memberikan komando informasi adalah Ihwan selaku manajer humas. Ia meyakini melalui penyampaian informasi yang tepat dan transparan, reputasi perusahaan dapat selalu terjaga. “Jika reputasi perusahaan sudah terjaga, tercipta lingkungan yang kondusif bagi operasional perusahaan,” tutupnya. (rvh)