Tidak semua orang atau korporasi bisa melihat peluang yang terbentang di balik sebuah krisis. Krisis pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) harus dipandang sebagai cara untuk mengubah musibah menjadi berkah.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Krisis, apapun itu bentuk dan skalanya, tidak bisa dipandang remeh-temeh. “Bahkan dalam public relations (PR), saya menempatkan krisis sebagai isu paling tinggi untuk dikelola,” ujar Benny S Butarbutar, Staf Ahli Komunikasi dan Media Perum Bulog.
Ia mengatakan demikian saat menjadi narasumber gelar wicara yang diadakan secara daring oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Talk Series Episode 5, bertajuk “Strategi Komunikasi Korporat Menghadapi Covid-19”, Selasa (28/4/2020).
Hal pertama kali yang dialami korporat/organisasi ketika mengalami krisis adalah terkejut. Jika tidak siap, sangat wajar jika korporasi/organisasi bakal mengambil sikap yang reaktif, seperti penyangkalan. Di sinilah terlihat pentingnya jam terbang para pemimpin dan CEO dalam mengelola krisis. “Jam terbang para pejabat dalam mengelola krisis memang masih kurang,” imbuh Benny yang pernah mengelola Departemen Komunikasi Korporat di Citilink dan Garuda Indonesia.
Yang penting, dalam sebuah krisis, publik (konsumen, pelanggan, atau rakyat) adalah pihak pertama yang harus diberi tahu. Akses informasi ke organisasi juga harus dibuka seluasnya agar publik bisa mendapat informasi yang cepat dan terkini tentang krisis yang terjadi. Tak kalah penting, organisasi mesti mengambil tanggung jawab, lalu bertindak menyelesaikan masalah atau krisis.
Menurut Benny, dalam situasi krisis, orang/korporasi lebih suka dibantu, tidak suka dicela. Ketimbang sekadar mencela, akan lebih baik membangun inisiasi, memberikan usulan kepada siapapun yang sedang terkena krisis. “Cara seperti ini lebih menggugah organisasi yang sedang mengalami krisis. Sehingga organisasi itu memiliki kesempatan mendorong menguatnya modal sosial publik, agar bersatu menangani krisis, melawan pandemi Covid-19,” lanjut Wakil Bendahara Umum ISKI itu.
Oleh sebab itu, Benny bersaran, seyogianya perlu ada join press conference berkala, seminggu atau dua minggu sekali bersama antarpihak yang mengelola krisis pandemi Covid-19. Tujuannya, untuk mengabarkan perkembangan penanganan krisis ini secara lebih utuh.
Tak kalah penting, ia berharap, dalam krisis jangan pernah mengecilkan peran media relations. Media saat ini memiliki power yang besar, yang bisa mempengaruhi kebijakan publik. “Berelasi dengan media yang tepat, akan membantu mengelola krisis dengan lebih baik,” pungkas Benny. (asw)