“Stay relevant with the market” adalah kunci utama sebuah brand/produk agar tetap mendapat tempat di hati para pelanggan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal ini juga berlaku bagi para praktisi public relations (PR). Terutama, ketika hendak menyusun strategi komunikasi agar mampu menggugah target audiensnya. Salah satunya, dapat diwujudkan dengan cara menciptakan konten-konten yang relevan dengan tren yang tengah berkembang di masyarakat. Seperti yang diungkap oleh para pembicara di acara Indonesia Millennials Summit (IMS) 2020 bertajuk “Define Your Business: How To Be Powerful and Engaging with Your Market” di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Menurut James Hadisurjo, founder and CEO Bridges Eyewear, ada dua strategi untuk memenangkan hati audiens/pelanggan. Pertama, lakukan kolaborasi antar-brand/produk. Ia memberi contoh, kolaborasi apik antara brand Louis Vuitton (LV) dengan Supreme. Kolaborasi ini sukses menggungah emosional pelanggan yang memiliki ketertarikan dengan brand street wear agar tertarik untuk membeli produk LV.
Kedua, lakukan transformasi digital. Tak dapat dipungkiri, semua lini bisnis konvensional kini mulai bergerak ke arah digital, baik dengan memanfaatkan media sosial maupun membangun aplikasi. “Sekarang, pelanggan sudah mengharapkan brand/produk/perusahaan yang mampu memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mereka yang berkembang lewat teknologi,” ujar founder Roots Retail Group itu.
Merespons situasi pasar yang begitu dinamis, founder and CEO USS Networks Sayed Muhammad menegaskan sekuat apapun positioning suatu brand/produk, jika tidak lagi relevan dengan tren saat ini, dia akan mati. “Apa, sih, yang pelanggan inginkan? Pertanyaan itulah yang harus bisa kita jawab dan sajikan ke mereka,” katanya.
“Social Media Agnostic”
Pendapat serupa datang dari co-founder and Creative Director Darahkubiru Respati Hafiz Budi. Menurutnya, dalam membangun sebuah brand, selain harus tetap relevan dengan perkembangan tren, juga mampu mempertahankan identitas. Seperti yang dilakukan perusahaannya, yakni media on-line yang mengupas dan memfokuskan diri pada topik denim sebagai bagian dari mode dan gaya hidup. Mereka berkomitmen dan fokus untuk senantiasa membawa nuansa denim di dalam setiap konten dan event.
Perubahan lanskap komunikasi juga turut dirasakan oleh Darahkubiru. Perusahaan media yang lahir dari on-line forum seperti Kaskus ini akhirnya memutuskan untuk hijrah ke semua platform media sosial hingga memiliki situs pribadi. Keputusan ini dilatarbelakangi karena ada perubahan lanskap komunikasi yang tadinya social media agnostic—setiap individu hanya fokus bermain di satu platform media sosial, sekarang hal itu sudah tidak berlaku. “Lagi demam Tiktok, semuanya main Tiktok. Tapi, hasilnya diunggah ulang ke berbagai media sosial seperti Twitter, Instagram. Tujuannya, biar banyak orang yang melihat, menjadi pembicaraan, dan harapannya viral,” ujar Respati.
Kondisi ini dinilai sebagai suatu peluang sekaligus tantangan bagi praktisi PR dalam memanfaatkan media sosial untuk kepentingan branding/kampanye. Sebab, tidak semua platform akan cocok diaplikasikan dengan produk/brand yang bersangkutan. (ais)