Round Up: Memahami Gen “Zaman Now”
PRINDONESIA.CO | Selasa, 17/03/2020 | 3.161
Round Up: Memahami Gen “Zaman Now”
Hampir semua organisasi dan perusahaan kini dibanjiri karyawan-karyawan generasi millennials.
Dok.Istimewa

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Begitulah yang terjadi jika generasi X gagal menyelami dunia generasi millennial (Gen Y) yang dicirikan dengan mudah bosan, berkarakter terlalu kreatif, sulit diatur, kurang santun, dan hanya mau melakukan apa yang diinginkan. Dialog yang sejajar menjadi solusi ideal dalam mengelola transformasi generasi, termasuk di dunia public relations (PR).

Hampir semua organisasi dan perusahaan kini dibanjiri karyawan-karyawan generasi millennials. Merekalah pemilik budaya digital. Dengan dan melalui gawai, mereka bekerja untuk memenuhi standar kinerja yang digariskan para bosnya di kantor, seraya membangun mimpi mereka sendiri. Jika tidak mimpi berkarier di dunia kerja yang sedang ditekuninya, ya mencoba mewujudkan sebuah startup company.

Kehadiran generasi digital di ranah praksis PR, mau tak mau memberi warna bagi strategi komunikasi yang dikelola perusahaan atau organisasi. Baik secara internal, mengelola komunikasi dengan karyawan millennials, maupun secara eksternal dengan publik atau millennial’s costumer.

Praktisi PR generasi millennials sendiri sadar betul mereka dituntut untuk menunjukkan watak kreatif yang dimilikinya oleh pimpinan di kantornya masing-masing. Agar hasrat generasi ini terhadap sesuatu yang kreatif dan inovatif selaras dengan target-target yang disasar perusahaan. Setidaknya begitulah pengakuan Gilang Sasmoyo, Media Relations Manager Danone Indonesia.

Menurutnya, praktisi PR generasi millennial di perusahaan, mau tidak mau harus inovatif mencari konten kreatif yang bisa masuk ke segala lini usia dan memiliki tendensi untuk disebarkan (shareable) oleh warganet. “Karena kebutuhan tersebut, generasi millennials di kantor kami dilatih berpikir secara innovative analitical. PR didorong untuk terus mencari inovasi-inovasi dari tools komunikasi yang terus berkembang,” ujarnya.

 

Humanisme

Inilah yang juga disadari oleh Nike Yosephine, External Communication and Media Relations PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Boleh saja dunia beserta manusia di dalamnya akan sangat hi-tech. “Tapi sebagai PR, kita (generasi millennials) tetap harus menanamkan pentingnya sisi humanis dalam setiap membangun relasi. Biarlah teknologi memudahkan publik, bukan menjauhkan hubungan,” tegas Nike.

Baginya, generasi Y adalah generasi yang saat ini dianggap “seksi” bagi perusahaan. Mereka dinilai paling kreatif dan energik. Keberadaannya diharapkan dapat membawa darah segar mulai dari suasana kerja sampai perubahan sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai “zaman now”, istilah kekinian anak zaman sekarang.

 

Spesialisasi

Dengan wataknya yang mudah berubah, sudah sepantasnya PR generasi millenials memiliki spesialisasi keahlian yang dibutuhkan dalam membantu perusahaannya menggapai bisnis yang gemilang. Ini karena era disruptif menguatkan posisi PR sebagai enabler dari bisnis. “PR harus menjadi support business bagi perusahaan atau klien,” ungkap Muhammad Gustiasa, Corporate Communications and Public Affairs Edelman.

Untuk itu, kerja PR bukan lagi sekadar target mendapatkan eksposur di halaman depan media ternama, media engagement, atau media coverage. Aktivitas PR harus memberikan dampak secara keseluruhan mulai dari mengelola isu, krisis, hubungan internal dan eksternal, memastikan pesan tersampaikan, hingga adanya perubahan perilaku.

 

“Inside the Box”

Dalam pandangan Adita Irawati, Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Komunikasi, yang dahulu kerap bekerja dengan tim PR millennials di kantornya, generasi millennials merupakan generasi yang kreatif dan penuh semangat. Namun, pemahaman mereka tentang PR kadang masih terbatas pada yang tertulis di buku atau masih dipengaruhi oleh kesan PR yang serba indah dan glamor.

Menurut mantan VP Corporate Communication Telkomsel ini, adalah tugas praktisi PR seniorlah yang harus bisa menjadi mentor sekaligus coach tentang kehidupan PR yang sesungguhnya bagi para PR millennials. Sebab, kehidupan PR di tataran praktis itu sesungguhnya penuh tantangan dan ujian. Begitulah millennials. Gagasan besar dan kadang liar yang kerap mereka ungkap dengan segala watak galaunya, tetap butuh sentuhan generasi X untuk menjadikan gagasan-gagasan kreatif itu berujung pada hasil yang gemilang. Inilah bentuk solutif dialog antargenerasi yang produktif. (asw)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI