“Influencer” vs “Media Mainstream”
PRINDONESIA.CO | Senin, 02/03/2020 | 1.708
“Influencer” vs “Media Mainstream”
Peranan influencer yang terfokus kepada faktor emosi penerima pesan, menjadi sangat penting.
Dok.Istimewa

Oleh: Elizabeth Goenawan Ananto, founder EGA briefings.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat, dalam konteks pekerjaan, generasi milenial bekerja pada satu perusahaan paling lama tiga tahun. Sekitar 63,8 persen disebabkan karena budaya kerja yang tidak sesuai, ada tawaran dan benefit lain yang lebih baik, serta ketidakserasian dengan supervisor.

Generasi milenial sangat terpengaruh oleh teman, kolega, keluarga dan media sosial. Peranan influencer yang terfokus kepada faktor emosi penerima pesan, menjadi sangat penting. Para buzzer berperan penting secara positif dalam menguatkan atau negatif, menyesatkan opini publik tentang suatu kejadian yang terjadi.

Dalam konteks bisnis atau pemasaran suatu produk atau jasa, peranan para influencer diperlukan untuk mempercepat proses pengambilan keputusan untuk membeli, dengan memanfaatkan berbagai sarana media sosial  yang bersifat personalized. Sehingga media mainstream menjadi kurang efektif ditinjau dari kedekatan emosi yang dibangun, kecepatan penyampaian pesan, serta frekuensi yang tinggi untuk mendorong terjadinya satu tindakan click and buy

Perlu disikapi bahwa upaya untuk membentuk reputasi yang semu, seringkali tidak diiimbangi dengan perbaikan perlakuan terhadap konsumen. Pada akhirnya dapat menurunkan kepercayaan generasi millennial ini secara masif dan tidak terkendali.  Ini akibat kuatnya peranan media sosial dalam mengubah opini publik, melalui simbol-simbol negatif yang ditampilkan yang sangat berpengaruh terhadap emosi seseorang.  

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI