Kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh PR INDONESIA, PR INDONESIA Awards (PRIA), hadir lagi. Delapan juri diterjunkan untuk melakukan penjurian sesi nonpresentasi.
JAKARTA, PRINDONESIA – Hujan dan banjir tidak menyurutkan para juri sesi nonpresentasi untuk melakukan tugasnya memberikan penilaian kepada peserta PRIA 2020 di Jakarta, Selasa (25/2/2020). Mereka adalah President Director IPM Public Relations Maria Wongsonagoro dan fotografer senior Arbain Rambey.
Dari hasil pengamatannya, Arbain yang di ajang ini mengemban amanah sebagai juri untuk kategori Owned Media menilai majalan internal tak bisa dipandang sebelah mata. “Di saat media cetak banyak bertumbangan, majalah internal justru dapat bertahan,” ujarnya.
Fakta ini menarik. Apalagi ia melihat banyak media internal yang tidak memaksa pembacanya untuk hanya mengetahui perusahaan yang bersangkutan. Justru, dari media tersebut pembaca mendapatkan informasi yang berguna dan relevan dengan kebutuhan mereka. Untuk itulah, ia berkesimpulan, media cetak tidak akan pernah mati. Ada kalanya masih dibutuhkan. “Contohnya, ya, majalah internal ini,” imbuh Arbain.
Perlu Peningkatan
Berbeda dengan Maria. Seperti tahun sebelumnya, salah satu PR INDONESIA Guru ini mendapat tugas untuk memberikan penilaian di dua kategori. Antara lain, Tata Kelola Kehumasan, Laporan Tahunan (Annual Report dan Sustainability Report).
Hasilnya, ia berpendapat kualitas peserta masih harus ditingkatkan. Tak banyak perubahan berarti. Khususnya, di bidang panduan komunikasi, manajemen krisis, dan manajemen prakrisis.
“Saya prihatin,” katanya. Maria pun mendorong keseriusan perusahaan dalam mengelola manajemen prakrisis agar isu tidak berkembang menjadi krisis. Tak lupa ia berpesan agar praktisi PR terus menggali ilmu, terutama tentang dasar-dasar PR.
Presiden Komisaris dan Chief Consultant Kiroyan Partners Noke Kiroyan pun berpendapat serupa. Pria yang didapuk untuk menjadi juri di tiga kategori, yakni Tata Kelola Kehumasan, Laporan Tahunan, dan Penanganan Krisis (Prakrisis dan Krisis). Menurutnya, terdapat gap yang lebar antarpeserta kategori Tata Kelola Kehumasan. “Ada yang komprehensif, seadanya, bahkan memprihatinkan,” ujarnya mengaku. Sementara untuk Laporan Tahunan, ia melihat kualitas perusahaan Tbk dengan BUMN sama. “Perbedaannya tipis,” imbuh seraya berpesan agar praktisi PR terus meningkatkan kemampuan dan kompetensinya.
Penjurian PRIA 2020 nonpresentasi berlangsung selama dua hari. Tahun ini, total mencapai 532 entri dari 109 korporasi dan institusi. Jumlah ini meningkat ketimbang tahun lalu hanya 476 entri. Adapun penjurian sesi presentasi akan berlangsung di Jakarta, 3 – 5 Maret 2020. (rvh)