“The Year of Collaboration”
PRINDONESIA.CO | Rabu, 12/02/2020 | 2.326
“The Year of Collaboration”
Jika kompetisi bisa melahirkan “yang tercepat”. Maka, dengan kolaborasi, diharapkan akan memperoleh “yang terbaik”.
Dok. Istimewa

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Berbagai pandangan masih menempatkan isu digital dengan segenap kehebohan big data, bakal semakin mewarnai perjalanan dunia PR 2020. Dunia PR di tanah air juga akan banyak didorong agar lebih fokus pada target sasaran utama yang dibidik.

Semakin fokus, targeted, niche market, dan memanfaatkan big data. Itulah kurang lebih gambaran warna dinamika PR tahun ini. Semua orang berharap akan memperoleh hasil kampanye PR yang efektif, tepat sasaran, dengan biaya minimal, sekaligus membawa pengaruh bagi organisasi di mata audiens. Dalam perspektif ini, semua aktivitas PR tidak mungkin dikerjakan sendirian. Butuh kerja sama. Kolaborasi dengan banyak pihak.

Jika kompetisi bisa melahirkan “yang tercepat”. Maka, dengan kolaborasi, diharapkan akan memperoleh “yang terbaik”. Dua-duanya sama penting. Siapa yang tak ingin mendapatkan yang tercepat sekaligus terbaik? Tentu semua orang ingin menggapainya. Namun, di era “saling berbagi” yang dipicu oleh fenomena digital dan media sosial, tak ada lagi ruang bagi setiap orang menguasai banyak hal dalam satu waktu. Hampir semua bisnis baru yang lahir, mengarah pada sharing model.

 

Ego Sektoral

Kolaborasi adalah keniscayaan sejarah. Kolaborasi adalah model bisnis baru dan masa depan yang patut dicoba, diolah, dan didorong semakin luas. Kerja-kerja PR ke depan, karenanya membutuhkan kolaborasi yang berkelanjutan. Produk PR bukan hasil-hasil kerja individualistik. Bukan pula hasil dari ego sektoral yang dikendalikan atas nama “budget” tiap departemen. Lebih dari itu semua, produktivitas PR lahir dari kolaborasi antara strategi, ketrampilan, seni, dan momentum yang tepat.

Mengkreasi kolaborasi, terlebih yang melibatkan begitu besar sumber daya (manusia, dana, dll), bukan perkara mudah. Yang membuatnya terasa lebih ringan adalah ketika dimotori oleh pemimpin yang paham. Pemimpin yang tak sekadar pintar mengorganisasi, melainkan memiliki visi unggul, dan memahami strategi. Pemimpin itu jelas bukan juga seorang Super Hero. Ia bisa manusia biasa seperti kita, yang lahir dari rahim setiap organisasi/korporasi.

Kolaborasi antara pemimpin yang visioner dan tim yang harmonis, adalah aset besar organisasi untuk tumbuh di tengah iklim ketidakpastian dan wabah disrupsi yang efeknya masih mengular ke mana-mana hingga sekarang.(asw)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI