Keinginan untuk berkontribusi dan menjadi lebih berarti mendorong perempuan asal Bali ini memilih profesi public relations (PR).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dia adalah Santy Pradayini. Cantik, muda, dan berbakat. Itulah sosok yang tergambar saat bertemu dengannya. Santy, sapaan akrabnya, adalah PR yang kepribadiannya terbentuk dari dunia penyiaran dan presenter. Jejak kariernya sebagai PR makin mantap semenjak ia mendapat amanah sebagai Corporate Communication Officer PT Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta.
Perempuan berusia 27 tahun ini bertekad meningkatkan kemampuan PR-nya baik dari segi hard skill maupun soft skill. Tak hanya kuat secara strategic thinking, marketing serta branding agar bisa menopang performa perusahaan, tetapi juga dalam komunitas. “Sebagai humas, kita banyak bertemu orang dengan berbagai macam latar belakang dan karakter. Dalam bekerja, kita juga tidak hanya bekerja sendiri, namun harus mampu berkolaborasi,” ujar Santy saat ditemui PR INDONESIA jelang puncak Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #5 di Bali, Kamis (31/10/2019).
Apalagi, ia melanjutkan, perkembangan teknologi informasi menuntut praktisi PR untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan. “Media dan platform dalam menyampaikan informasi terus berkembang. Humas dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman,” jelas alumni Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Udayana ini. “Pemanfaatan media yang tepat akan meningkatkan brand awareness terhadap perusahaan. Bahkan, pesan akan cepat sampai kepada masyarakat,” imbuhnya.
Terus Belajar
Menganut prinsip hidup adalah proses belajar tiada henti, mendorong Santy untuk banyak belajar. Salah satunya, melalui program ICON PR INDONESIA 2019. Lewat program ini, ia berharap dapat mengasah kompetensi, kapasitas, dan kapabilitas di bidang kehumasan. Selain, tentu saja untuk menambah jejaring. “Ini wadah yang besar yang bisa mempertemukan saya dengan para praktisi PR lainnya dari berbagai latar belakang industri,” katanya.
Prinsip ini sudah ia pegang teguh sejak masih duduk di bangku kuliah. Karena prinsip itulah, saat masih berstatus mahasiswa, ia terbilang aktif. Kesehariannya, selain menuntut ilmu di kampus, juga disibukkan oleh aktivitas sebagai penyiar salah satu radio di Bali. Dari sanalah ia mulai belajar public speaking, mengatur intonasi, membaca eclipse, hingga memandu gelar wicara. Ia juga menjadi pribadi yang luwes membuka percakapan karena kerap berhadapan dengan narasumber.
Tak lekas puas, Santy tertantang menjajal pengalaman baru sebagai presenter. Bermodal pengalaman sebagai penyiar radio, ia nekad mengikuti lomba presenter dan Reporter SCTV Goes to Campus di Bali pada 2011. Santy terpilih sebagai juara pertama. Setahun kemudian, ia berkarier sebagai presenter, MC sekaligus reporter untuk iNews TV Bali.
Selama empat tahun sebagai reporter televisi, ia masih kerap menerima tawaran sebagai MC baik untuk event nasional maupun internasional. Kemampuan dan bakatnya pun makin terasah karena ia berkesempatan untuk bertemu dengan banyak karakter dan profesi.
Penerima beasiswa Sampoerna Foundation ini makin yakin PR adalah panggilan jiwanya saat ia menjadi Guest Relations Supervisor di Conrad Bali Hotel tahun 2016. Ketika itu pula ia berkesempatan mengikuti program pertukaran staf ke Maladewa. “Dari sinilah puncaknya. Saya semakin yakin memilih PR sebagai karier saya,” tutupnya. (mai)