Kabupaten Gunungkidul terus berupaya mengembangkan wisata berbasis budaya. Langkah ini diyakini mampu menghasilkan multiplier effect. Salah satunya, kemandirian ekonomi masyarakat.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Kamis (9/1/2020), PR INDONESIA kedatangan tamu istimewa. Jelang makan siang, Bupati Gunungkidul Badingah beserta jajarannya menyempatkan waktu naik ke lantai enam, Gedung Dewan Pers, Jakarta, usai mengikuti prosesi penjurian 10 besar calon bupati/walikota penerima Anugerah Kebudayaan yang diselenggarakan oleh PWI Pusat.
Ia menyapa seluruh awak PR INDONESIA, hangat. Di sela-sela sesi ramah tamah itu, kami baru menyadari ternyata Bupati yang telah memimpin Gunungkidul sejak 2010 tersebut sudah berusia 71 tahun. Meski begitu, ia memastikan semangatnya melayani rakyat tak pernah sedikitpun kendur.
Kepada kami, Bupati Badingah bercerita tentang Kabupaten Gunungkidul yang berkembang kian dinamis dengan antusias. Salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini dikenal dengan alamnya yang indah. Di tanah seluas 46, 63 persen dari luas wilayah DIY itu, terbentang gugusan gunung dan ratusan pantai dengan panjang kurang lebih 72 kilometer. Gunungkidul makin kaya karena di wilayah inilah tersimpan warisan budaya, seni, dan sejarah.
Potensi-potensi inilah yang terus dikembangkan oleh Pemkab Gunugkidul. Potensi yang diyakini mampu menarik minat wisatawan baik domestik maupun internasional. “Wisata Gunungkidul sudah tidak bisa dipandang sebelah mata,” ujar Badingah saat melakukan bincang santai dengan founder dan CEO PR INDONESIA Asmono Wikan.
Meski begitu, Badingah melanjutkan, perlu kolaborasi lintas sektor untuk memaksimalkan potensi kebudayaan dan pariwisata. Salah satunya, kolaborasi antara kebudayaan dengan pariwisata, antar-OPD (Organisai Perangkat Daerah), pemerintah dengan masyarakat. “Upaya itu sudah kami lakukan,” kata Badingah. Salah satu pencapaian dari kolaborasi tersebut, Gunungsewu Global Geopark mendapat apresiasi terkait pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan wisata dan budaya di ajang International Conference on UNESCO Global Geoparks di Riveira, Inggris.
Apresiasi ini memberikan efek domino yang luar biasa. Minat masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri untuk berwisata ke Gunungkidul semakin tinggi. Kondisi ini juga mendorong perekonomian masyarakat.
Selain itu, Kabupaten Gunungkidul menetapkan 20 Desa Rintisan Desa Budaya. Desa terpilih ini adalah media kolaborasi lintas urusan, bidang dan menjadi inkubator perangkat daerah dalam mempercepat pencapaian target kinerja program yang mendukung tema prioritas pembangunan. “Desa-desa ini merupakan akselerator agar pelestarian budaya dapat berlangsung secara optimal,” imbuhnya.
Elemen Penting
Badingah berpendapat, semua pencapaian ini tak terlepas dari peran humas. Humas berperan strategis dalam mengamplifikasikan semua informasi mulai dari program, kinerja, kebijakan, hingga pencapaian. “Yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana warisan ini kita lestarikan bersama-sama. Kita edukasi seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama terlibat dalam upaya konservasi dan meningkatkan potensi warisan budaya dan alam yang kita punya. Hal inilah yang perlu disebarluaskan oleh humas,” katanya.
Ia juga berpesan agar humas jangan sekadar melaporkan kinerja pemerintah daerah kepada masyarakat, tapi juga pemerintah pusat. Ia juga mendorong humas senantiasa meningkatkan kolaborasi dan sinergi lintas sektor. Termasuk, salah satunya dengan wartawan.
Bupati Badingah memang memberikan perhatian khusus kepada rekan media. Menurutnya, merekalah salah satu stakeholder penting yang menjadi penjembatan informasi antara pemerintah dengan masyarakat. “Kepada wartawan, kami tidak hanya memberikan berita, namun saya juga meminta masukan dari mereka,” ujarnya.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya membangun dan menjaga relasi yang baik dengan media. “Wartawan datang jangan hanya karena ada konferensi pers. Mereka juga turut menemani saya ketika terjun ke masyarakat,” tutupnya. (rvh)