Tahun 2019, begitu gaduh dengan dinamika politik nasional: pemilu legislatif dan pemilu presiden. Energi sebagian praktisi public relations (PR) ikut terkuras di kontestasi politik itu. Bagaimana dengan tren PR 2020?
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Dinamika politik nasional yang mengeras sepanjang 2019, memang memberi pengaruh cukup kuat bagi praktisi PR dalam merancang program-program PR mereka. Ada yang menahan diri. Ada pula yang justru (berani) memanfaatkan momentum politik untuk merebut perhatian audiens bagi korporasi/ organisasinya. Kisah seperti ini bisa jadi masih mungkin muncul pada 2020. Walaupun intensitasnya belum tentu sekeras 2019. Pasalnya, pada 2020, pilkada serentak bakal berlangsung pada bulan September di 270 kota/kabupaten/propinsi.
Apapun itu, melanjutkan isu dan dinamika yang berkembang tahun ini, tahun 2020 tampaknya dunia PR masih akan diwarnai isu-isu seputar penggunaan big data dan efek lanjut dari fenomena disrupsi. PR INDONESIA mengumpulkan sejumlah insight yang semoga bisa menjadi rujukan para praktisi PR di tanah air untuk mengemas program PR agar lebih efektif dan optimal.
Pertama, data akan menjadi sahabat baru. Sebagaimana dilansir dari www.mediaupdate.co.za, karena digital sudah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, maka menafsirkan data menjadi keterampilan penting bagi setiap profesional PR. Pada tahun 2020, data akan memainkan peran yang lebih besar daripada sebelumnya. Ini akan diperlukan untuk memandu upaya PR, mengukur dampaknya dan menentukan nilai PR secara keseluruhan. PR pada tahun 2020 akan sangat dipengaruhi oleh data yang mendalam dan tepat, mengubah cara kampanye dibuat, dijalankan, dan dievaluasi. Sehingga tahun depan, akan semakin banyak kampanye PR yang sangat terfokus, dirancang untuk menjangkau khalayak yang spesifik.
Kedua, lebih fokus pada spesialis PR. Ketika konsumen semakin kritisterhadap pemasaran, profesional PR akan mendapatkan lebih banyak tekanan. Tahun 2020 akan semakin banyak perusahaan PR (agensi PR) yang berfokus pada satu industri. Pekerjaan agensi PR juga semakin spesifik. Jika ini terjadi, maka akan mengulang fenomena agensiagensi periklanan spesialis yang mulai tumbuh pada awal dekade 2000.
Konten Berkualitas
Ketiga, PR bakal menjadi bagian dari kampanye marketing strategis. Sebagaimana banyak perusahaan PR akan menjadi spesialis, maka aktivitas PR akan semakin terintegrasi ke dalam fungsi marketing. Pemisahan alias sekat-sekat PR dengan marketing semakin hilang. Praktisi PR dan marketing akan bekerja sama, berbagi pengetahuan mereka tentang tren 2020, serta berkolaborasi untuk menghasilkan kesuksesan.
Keempat, emosi menjadi fokus. Dunia kini semakin banyak diperintah oleh algoritma dan perangkat elektronik, yang berarti PR perlu memiliki elemen “manusia” (human) agar tetap relevan ketika menyampaikan sebuah pesan. Supaya menjadi “bukti masa depan”, praktisi PR perlu menyampaikan konten yang relevan. Mengutip www.bluedoor. agency, pada 2020, bakal bertambah permintaan akan cerita dan konten berkualitas yang relevan dan otentik. Kepercayaan akan memainkan peran yang bahkan lebih penting dalam keberhasilan bisnis dan hubungannya dengan publik.
Dan kelima, PR harus menjadi fungsi strategik manajemen. Tantangan kerja PR yang semakin kompleks membuat PR mesti berada di posisi yang strategis di mata manajemen. Hal ini supaya praktisi PR memiliki otoritas yang memadai untuk mengeksekusi program-program PR yang strategis, menjadi juru bicara handal bagi manajemen, serta mampu mengelola anggaran yang cukup.
Pada akhirnya, di tengah pacuan kecepatan, keinginan paling banyak mendapat perhatian, dibutuhkan upaya untuk keluar dari jebakan tersebut. Ini agar pesan yang dikomunikasikan terlihat berbeda (differ), sehingga memiliki posisioning jelas di mata audiens. Pendek kata, mencari “ruang sunyi” diantara keramaian, adalah pilihan yang patut dicoba di tahun depan, supaya kampanye PR betul-betul efektif, relevan, kredibel, dan memuliakan manusia, sehingga memperoleh perhatian khalayak. Selamat menyongsong Tahun 2020. Happy new year! (asw)