Berbeda platform media sosial, berbeda pula karakteristik dan strategi pengelolaannya. Sayangnya, hal ini kerap kali dilupakan oleh para praktisi public relations (PR), termasuk humas pemerintah.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Fakta inilah yang mengemuka di acara gelar wicara Festival Media Digital Pemerintah di Jakarta, Selasa (10/12/2019). Mengangkat tema “Memilih Platform Media Sosial yang Tepat untuk Menyampaikan Informasi kepada Publik”, KPK selaku penyelenggara mengajak peserta yang merupakan humas pemerintah lintas kementerian, lembaga dan daerah (K/L/D) untuk menyelami lebih dalam tentang cara memaksimalkan platform media sosial, sebut saja Facebook, Instagram, Youtube, dan Twitter. Khususnya, admin yang mengelola akun media sosial milik instansi pemerintah.
Menurut Government Relations Facebook Indonesia Noudhy Valdryno, untuk menghasilkan konten yang berkualitas, humas harus memperhatikan empat hal. Pertama, konten harus bersifat interaktif, tidak terlalu kaku namun tetap relevan dengan instansi yang bersangkutan. Kedua, autentik. “Maksudnya, konten yang dihasilkan tidak terlalu banyak dibuat-buat,” katanya.
Ketiga, tepat waktu dan upayakan diunggah secepat mungkin. Jika konten terlambat diunggah, dampaknya tidak akan memberikan manfaat kepada audiens. Terakhir dan terpenting, konsistensi. “Setiap harinya Ada lebih dari dua miliar konten yang diunggah di Instagram,” katanya. “Upayakan dalam sehari mengunggah tidak lebih dari lima kali. Karena lebih dari itu dianggap spam,” imbuhnya.
Tak lupa, Ryno begitu Noudhy akrab disapa, menekankan pentingnya memaksimalkan fitur jelajah, Instagram Stories. Termasuk, menggunakan fitur-fitur tambahan yang ada di dalamnya seperti boomerang, stickers, questions, polling, hingga tanda pagar. Selain itu, perhatikan bentuk bingkai foto. Sebaiknya, diunggah dalam bentuk kotak (square). Lalu, beri keterangan gambar (caption) yang mengandung unsur ajakan untuk bertindak (call to action).
Unik
Sementara itu, platform media sosial yang juga cukup digandrungi oleh kalangan milenial adalah Twitter. Karakteristiknya tak kalah unik. Menurut Agung Yudha, Chief Representative Twitter Indonesia, Twitter memiliki empat karakter unik. Pertama, bersifat live di mana rentang waktu sebuah isu rata-rata hanya berlangsung antara 3 – 4 jam. Lewat dari itu, informasi akan basi. Kedua, conversational. Twitter dikenal sebagai tempatnya orang ngobrol, berbagi informasi, hingga berdiskusi. Ketiga, bersifat publik. Untuk itu, ia menyarankan agar akun-akun milik instansi pemerintahan tidak digembok. Terakhir, distribusi.
Pria berkacamata ini lantas membagikan tips memaksimalkan penggunaan Twitter untuk humas pemerintah. Pertama, broadcast. Upayakan sesering mungkin melakukan tweet. Kedua, aktif berinteraksi dengan audiens. “Gunakan reply dan like sesering mungkin agar tetap terjalin engagement dengan audiens,” ujarnya.
Ketiga, home for the topic. Maksudnya, konsisten menggunakan gaya bahasa dan memilih topik pembahasan. Empat, piggyback on trend. Atau, menunggangi isu yang sedang ramai diperbincangkan untuk menyampaikan pesan lembaga. Dengan catatan, tetap relevan dengan instansi bersangkutan. Terakhir, drive impact with media. “Perlu diingat bahwa tiga detik pertama sebuah video itu sangat krusial,” katanya.
Mengelola YouTube pun tak kalah menarik. Sebagai platform media sosial paling populer saat ini, YouTube memiliki tiga kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh humas pemerintah. Antara lain, sebagai kontrol isu yang berkembang di media daring, menyiarkan peristiwa yang sifatnya siaran langsung, serta berinteraksi dengan masyarakat. “YouTube mampu membawa kreativitas lokal ke tingkat dunia hingga akhirnya dunia mengakui kualitas Indonesia,” ujar Ryan Rahardjo, Public Policy and Government Affairs Manager Google Indonesia. (ais)