Digital PR: Teknologi Digital Memperkaya Praktik PR
PRINDONESIA.CO | Rabu, 04/12/2019 | 2.752
Digital PR: Teknologi Digital Memperkaya Praktik PR
Alangkah baiknya jika PR mampu membawa digital itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu dianggap beban dan sesuatu yang baru apalagi istimewa.
Dok. Pribadi

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Jika dulu ketika seorang warga ingin menyampaikan aspirasinya kepada Presiden harus melalui proses panjang dan rumit. Sekarang, cukup dengan satu tweet atau komentar di media sosial, pesan itu sudah tersampaikan secara real-time.

Inilah yang ditekankan oleh Iqbal Prakasa, Head of Marketing and Sales Beritagar.id. Pemutusan sebuah otoritas akibat dari lahirnya teknologi digital. Bagi public relations (PR), kondisi ini membuat potensi krisis makin terbuka. Selain ancaman, kondisi ini juga menciptakan sejuta peluang.

Untuk itu, kata Iqbal, alangkah baiknya jika PR mampu membawa digital itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu dianggap beban dan sesuatu yang baru apalagi istimewa. “Zamannya sudah berubah. Kita harus live in. Karena sejatinya digital itu memberi nilai tambah, meredefinisi dan memperkaya,” ujarnya ditemui PR INDONESIA di Jakarta, Senin (14/10/2019).

Teknologi tak lebih dari sekadar ekosistem atau perangkat. Teknologi dibuat untuk membantu dan memudahkan pekerjaan. Termasuk bagi pelaku PR. Teknologi digital membuat segala pekerjaan menjadi lebih presisi, terukur, dan transparan. Apalagi makin ke sini, setiap orang semakin meminta sesuatu yang lebih canggih dan personal. “Inilah kondisi yang menggambarkan masyarakat hari ini dalam menginginkan sesuatu, termasuk informasi,” tambahnya.

Bagaimanapun juga, kata Iqbal, dibalik kecanggihan teknologi digital tetap ada manusia sebagai pengendali. Tentu, dengan catatan manusia tersebut mampu berpikir secara sistematif, kreatif, serta bersikap adaptif terhadap segala perubahan yang terjadi.

Pola pikir seperti inilah yang nantinya akan mengubah model bisnis dari perusahaan yang direpresentasikan oleh PR ke arah yang lebih berkembang. Contoh, Beritagar.id memanfaatkan big data—Lokadata—untuk kebutuhan analisis konten/media. Mulai dari melihat sentimen isu, infuencer, jenis kategori artikel, hingga dampak pemberitaan terhadap penjualan. “Ini hanyalah sebagian kecil dari manfaat yang bisa diperoleh jika PR mampu memaksimalkan keberadaan teknologi digital,” imbuhnya.

 

Evaluasi

Tantangannya, di era digital batas antara satu profesi dengan profesi lain menjadi semakin samar. Siapa saja bisa menjadi content creator, membuat iklan, bahkan menyebarkan berita melalui medianya masing-masing. Menariknya, justru masyarakat awam, sebut saja youtuber, lebih memahami tentang cara kerja analisis data untuk menghasilkan konten yang mampu memberikan perspektif, sekaligus bisa dinikmati oleh target audiensnya.

Fenomena ini menarik untuk menjadi bahan evaluasi bagi praktisi PR. Menurut Iqbal, aktivitas komunikasi PR juga bisa memperoleh perhatian sama banyaknya apabila mereka rutin melakukan pengukuran sebagai dari bahan evaluasi. PR juga harus mempu berjejaring dengan stakeholders yang tulus, tidak sebatas formalitas. “Yang dibutuhkan dalam membangun engagement saat ini adalah tidak sekadar networking, tapi relationship,” ujarnya.

Untuk itu, Iqbal mengimbau, kuasai data analisis agar PR bisa mengetahui kebutuhan dan keinginan audiens. Lakukan pemetaan dan buat segalanya menjadi lebih personal. “Data berperan untuk melihat posisi, kekuatan, dan kelemahan perusahaan, topik serta isu yang terkait dengan kita,” jelasnya. Kedua, kreatif. Contoh sederhana, membuat siaran pers yang mengandung nilai berita ketimbang hardselling. Terakhir, pahami pola/siklus tahunan program-program yang akan dijalankan. (ais/rtn)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI