Bukan perkara gampang menyerukan semangat go digital kepada mitra yang umumnya masih menjalankan usahanya serba konvensional. Seperti yang dialami Wahyoo, perusahaan teknologi yang membantu pemilik warung agar makin profesional dan sukses menjalankan usahanya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – “Susah-susah gampang,” kata CEO Wahyoo Peter Shearer kepada PR INDONESIA usai acara Piniknya Wahyoo di Jakarta, Minggu (10/11/2019). Bahkan menurutnya, susahnya bukan hanya dari segi mendigitalisasi para pemilik warung, tapi juga membangun merek (brand) warung itu sendiri. Padahal, sebelumnya Peter berpengalaman membangun brand teknologi.
Selain itu, pengetahuan dan pengalaman para pemilik warung pun beragam. “Ada yang sudah terbiasa belanja on-line, apps, tapi ada yang belum sama sekali. Jadi, ini soal mengubah kebiasaan,” katanya.
Solusinya, menerjunkan tim lapangan yang rutin mengunjungi mitra sekadar untuk membantu cara menggunakan aplikasi dan memperkenalkan fitur-fitur terbaru. Langkah ini juga bagian dari upaya Wahyoo membangun relasi. Lainnya, adalah gencar mengadakan edukasi. Untuk itu, perusahaan rintisan yang beroperasi sejak tahun 2017 ini rutin memberikan pembinaan melalui program bernama Akademi Wahyoo.
Seiring dengan upaya itu, Wahyoo pun melakukan strategi membangun brand awareness. Salah satunya melalui kampanye bertanda pagar #Wahyoodimanamana. “Cara ini sukses bikin orang penasaran,” katanya. Momen Ramadan pun tak lepas dari jangkauan. Saat itu, mereka mengadakan Wahyoo Challange. Aksi ini terbilang sukses mencuri perhatian dan viral. Jumlah mitra pun terus bertambah. Saat ini, tercatat mencapai 12.000 warung makan yang telah bermitra dengan Wahyoo. Hingga 2020, Wahyoo menargetkan ada 50.000 warung makan berbasis digital. (mai)