Strategi komunikasi media dan persepsi masyarakat menjadi barometer public relations (PR) dalam mengatasi isu sensitif.
BALI, PRINDONESIA.CO – Hal ini disampaikan Rahmad Widiana, Kabag Manajemen Publikasi Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementrian Keuangan (Kemenkeu), saat mengisi materi kelas Government PR, bagian dari rangkaian acara Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #5 di Bali, Rabu (30/10/2019).
Ia berbagi pengalaman saat bersama tim PR Kemenkeu menghadapi isu tentang utang pemerintah yang mendapat kala itu mendapat sorotan dari publik. Menurut Rahmad, kenali dulu latar belakang perkembangan isu.
Pertama, komunikasi politik. Terutama, dalam mengelola dan menghadapi serangan dari pressure group dan individual seperti LSM, lembaga think tank, dan oposisi. Kedua, komunikasi ke publik. Pemahaman publik yang masih beragam terhadap pengelolaan utang maupun institusi keuangan.
Ketiga, media butuh edukasi. Pengetahuan awak media yang beragam. Tidak semua media mengerti intepretasi pengelolaan utang. Keempat, berita negatif. Kelima, viral. Berita netral menjadi viral karena adanya sentimen negatif dari warganet yang kurang teredukasi dan akhirnya memengaruhi masyarakat.
Strategi
Selanjutnya PR harus meningkatkan fungsi dan manfaat media untuk memastikan pesan tersampaikan dengan baik kepada target audiens. “Penting bagi PR membangun dan merawat engagement yang baik dengan media. Sehingga, kita bisa memastikan masyarakat mendapatkan informasi sesuai seperti yang kita harapkan,” ujarnya.
Mereka juga adalah penjembatan institusi untuk meningkatkan citra positif, dalam hal ini Kementerian Keuangan, baik dari sisi pengelolaan maupun pemanfaatan utang pemerintah di mata stakeholders. Serta, bagian dari upaya institusi mendidik masyarakat secara luas di berbagai kalangan atau profesi mengenai pengelolaan dan pemanfaatan utang pemerintah.
Hal lain yang harus dilakukan adalah optimalisasi kampanye digital (digital campaign). Tingkatkan aktivitas di linimasa, kembangkan akun media sosial dengan bersinergi antarunit. Tambah agent of communication, pengembangan substansi, dan maksimalkan konten media sosial. “Optimalkan seluruh aset digital. Untuk itu, kita sebagai PR harus terus belajar, mengeksplorasi kreativitas dan tidak berhenti berinovasi,” ujarnya.
Penutup, Rahmad berbagi lima langkah proses komunikasi melalui media relations untuk meminimalisasi penyebaran isu. Terdiri dari:
Kunjungan media. Agenda kunjungan media secara perlu dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pemimpin redaksi hingga tim di bawahnya, serta menjajaki potensi peluang kerja sama.
Media gathering dan editors meeting. Tujuannya untuk melakukan menyampaikan pesan mengenai rencana dan strategi.
Media partner. Bekerja sama untuk memviralkan berita baik melalui artikel mupun infografis di media off-line dan on-line.
Media Asing. Publikasi melalui media internasional seperti Bloomberg dan Reuters.
Key opinion leader. Kerja sama dengan para KOL seperti pakar ekonomi dan tokoh masyarakat. (mai)