“Kita harus benar-benar memahami siapa stakeholders kita. Ketika terlihat potensi krisis, harus ditangani dengan tepat dan cepat agar tidak berkembang menjadi krisis.”
BALI, PRINDONESIA.CO - Krisis komunikasi adalah keadaan di mana suatu perusahaan menghadapi situasi yang mengancam hubungan dengan stakeholders, reputasi perusahaan, dan kepentingan strategis lainnya. Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications Astra International didapuk untuk menyampaikan materi bertema “Pengelolaan Isu dan Penanganan Krisis” pada hari kedua Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #5 di Bali, Rabu, (30/10/2019).
Dengan pengalamannya di Astra yang memiliki 234 anak perusahaan dan 226.504 karyawan, ia mengakui bahwa potensi krisis bisa datang dari internal maupun eksternal. Maka, peran public relations (PR) sebagai komunikator perusahaan adalah menguatkan pemahaman, kepercayaan dan dukungan dari stakeholders. Selain itu, PR juga perlu mengidentifikasi potensi krisis yang mungkin muncul dari mana saja dan kapan saja. Jangan menganggap sepele hal-hal kecil dan opini-opini dari segelintir orang. Karena di era digital ini, opini dari satu orang bisa menyebar dan menjadi opini ribuan orang lain dalam hitungan menit.
Berikut beberapa tips yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum III BPP PERHUMAS ini kepada para praktisi PR agar dapat menganalisa potensi krisis dan mengantisipasi terjadinya krisis.
Identifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan krisis
Dengan memahami stakeholders dan terus mencari tahu serta mengevaluasi opini publik, PR dapat merumuskan isu yang berpotensi menjadi krisis. Setelah itu buat rancangan pertanyaan, jawaban, dan solusi atas setiap masalah potensial tersebut.
Responsif pada publik
Selain memperhatikan opini publik, perhatikan juga permintaan dan keinginan publik. Tunjukkan keterbukaan dengan memberikan akses kepada publik untuk menghubungi contact person perusahaan. PR sebagai garda depan komunikator perusahaan juga perlu memastikan publik memahami visi dan misi perusahaan.
Identifikasi level krisis
Penanganan krisis perlu dilakukan seefektif mungkin. Sedangkan krisis di perusahaan dengan ukuran yang berbeda-beda tidak bisa dipukul rata. Maka perlu dipastikan bahwa setiap anak perusahaan memiliki fungsi komunikasi yang berjalan baik. Sehingga sebisa mungkin krisis dapat diselesaikan di lingkup terkecil.
Tentukan prioritas penanganan
Fokus pada apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dikatakan saat jam-jam pertama krisis muncul. Agar lebih efektif, tunjuk juru bicara sejak awal. Sehingga ketika krisis terjadi, informasi keluar dari satu pintu dan tidak ada misleading informasi.
Kenali dan Kendalikan Diri
Sebagai PR yang berhubungan langsung dengan krisis dan pihak-pihak yang terlibat dalam krisis, PR perlu mengembangkan kendali diri sejak dini. Temukan strategi untuk menahan diri, bersikap netral, dan tidak reaktif memberikan respon yang berlebihan.
Setelah krisis terjadi, Boy menegaskan bahwa PR harus mengevaluasi dan mendokumentasikan setiap langkah yang diambil untuk menanggulangi krisis. Data ini bisa digunakan untuk referensi merumuskan potensi krisis di masa depan atau menangani krisis yang akan datang. (den)