Resep “City Branding” Ala Kang Emil
PRINDONESIA.CO | Senin, 14/10/2019 | 2.075
Resep “City Branding” Ala Kang Emil
Kenali dan pahami tiga kunci sukses "city branding".
Dok. PR INDONESIA

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Seperti juga ekspektasi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kepada jajaran humasnya untuk menyukseskan semangat Jabar Juara Lahir Batin. Pria yang karib disapa Kang Emil ini bahkan telah merumuskan tiga resep jitu humas menyukseskan city branding. Seperti yang ia sampaikan saat membuka acara Indonesian City GPR Summit di Bandung, beberapa waktu lalu.

Tiga resep atau strategi yang dimaksud meliputi, pertama, humas pemerintah harus mampu memviralkan berita baik. Kedua, melakukan damage control jika instansi atau daerahnya diterpa krisis dan berita negatif. Ketiga, dorong pemimpinnya agar melek digital. Pastikan segala perilaku dan gerak-gerik pemimpin mencerminkan wajah daerahnya.

Realitanya, menjalankan resep pertama bukan perkara mudah. Hal ini dikarenakan, berita baik tidak ada “drama” yang bisa memicu viral. Menurut Emil, yang harus dilakukan government public relations (GPR) adalah berinvestasi di akun resmi media sosial milik pemda/instansi masing-masing, termasuk televisi lokal yang dikelola oleh pemda, jika mampu.

Lalu, teruslah memperbaiki konten. Caranya, pahami siapa kita hari ini. Jika tidak, segala bentuk strategi komunikasi, termasuk mengomunikasikan city branding akan sia-sia. “Siapa kita hari ini?” tanya Emil. Kita adalah negara yang penduduknya besar, lebih dari 260 juta jiwa, tapi memiliki 300 juta SIM Card, lebih banyak dari jumlah penduduknya. Siapa kita hari ini? Kita adalah bangsa yang malas membaca dan menulis. “Menurut penelitian, orang Indonesia sudah merasa lelah jika membaca lebih dari 20 detik,” katanya.

Semua identifikasi ini penting karena bakal menentukan cara humas bekerja. “Maka, humas hari ini kalau menulis atau menyampaikan informasi jangan panjang-panjang. Cukup 2 – 3 paragraf saja,” ujarnya seraya menambahkan humas hari ini juga harus pandai membuat judul yang menarik.

 

Gesit

Sementara itu, kunci sukses menjalankan resep yang kedua, menetralisir berita buruk, adalah rajin menjawab. Hanya dengan merespons, “Terima kasih infonya. Akan segera saya tindak lanjuti dan cek”, menurut Emil sudah menyelesaikan 50 persen permasalahan. Tentu, dengan komitmen serius menindaklanjuti, bukan sekadar janji. “Maka, humas sekarang harus gesit menanggapi keluhan warga,” ujarnya.

Ketiga, branding pemimpin daerahnya karena dia adalah cerminan kota/daerahnya. Emil berpinsip media sosial adalah wadah untuk menyampaikan ‘hanya’ berita baik. Medsos juga efektif menjadi wadah klarifikasi.

Layaknya redaksi yang rutin membuat editorial plan, ia juga memiliki yang namanya editorial content. Pagi hari adalah jadwal Emil mengunggah agendanya hari itu. Adakalanya ia mengunggah konten berisi nasihat dan edukasi dengan kemasan serius. Ada saatnya pula ia mengunggah konten humoris.  

Mengapa konten humoris itu perlu? Sebab menurut Facebook, interaksi tertinggi di Indonesia terjadi apabila konten yang disampaikan memuat unsur humor. “Ini nyata saya alami,” katanya. Yang pasti, imbaunya, jangan lepas dari pesan yang mau disampaikan dan persepsi yang ingin ditonjolkan. Terutama, jika kaitannya dengan city branding. Penutup, sempurnakan ketiga rumus tadi dengan teori pentahelix. Yakni, pendekatan berbasis kolaborasi dengan academic, business sector, community, government, media. Atau, disingkat ABCGM.  (rtn)

 

 

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI