Situasi yang kita hadapi saat ini di dunia public relations (PR) dan komunikasi bagaikan medan perang.
Oleh Maria Wongsonagoro, PR Consultant & President Director of IPM Public Relations
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Disrupsi, gejolak di berbagai bidang, teknologi yang merubah cara berbisnis secara drastis, persaingan sengit, cyber warfare, dan lain-lain. Semua saling berebut mendapat perhatian publik untuk membentuk persepsi yang memihak kepadanya.
Untuk mendapat perhatian publik dan meraih persepsi positif, para praktisi PR dan komunikasi, harus battle ready (siap tempur) menghadapi ancaman isu. Bila tidak, isu dapat merusak reputasi korporasi/instansi Anda. Bagaimanakah kita mempersiapkan diri untuk bertarung on equal footing (di tingkat kemahiran yang sama) dengan pihak-pihak lain?
Saat ini korporasi/instansi membutuhkan praktisi PR dan komunikasi dengan daya pikir yang strategis (strategic thinkers). Memiliki kemampuan analisa yang kuat (strong analytical skills),sehingga mampu menganalisa situasi dengan cepat dan menetapkan strategi komunikasi yang tepat. Sudah tentu mereka telah memahami sepenuhnya sistem dan prosedur public relations as a strategic management function dan penerapannya dalam tugas sehari-hari, untuk mempersiapkan diri bertarung atau battle ready.
Memahami dan mempraktikkan public relations as a strategic management function dimulai dari pimpinan yang tertinggi. Sebab PR yang efektif memerlukan leadership yang juga battle ready, siap setiap saat untuk memberi pengarahan dan keputusan yang dibutuhkan oleh tim PR dan bagianbagian terkait di korporasi/instansi.
Kemudian untuk mempersiapkan kepala dan anggota tim PR agar battle ready, perlu basic skills di bidang PR dan komunikasi. Yang utama adalah kemampuan merancang strategi komunikasi di berbagai lapis. Mulai dari strategi komunikasi yang memayungi korporasi/instansi, strategi komunikasi untuk stakeholders, penanganan isu, krisis, strategi komunikasi untuk menghasilkan publisitas yang positif, sampai strategi komunikasi bagi setiap inisiatif yang diambil oleh perusahaan, instansi maupun lembaga. Untuk itulah kemampuan berdaya pikir strategis dan kemampuan menganalisis situasi sangat dibutuhkan.
Butuh Kreativitas
Selain itu, kreativitas juga diperlukan karena setelah ditetapkan strategi komunikasi, maka penyampaiannya (delivery) perlu mencari cara yang kreatif agar dampak terhadap publik besar.
Memang masih dibutuhkan kemampuan lain agar para praktisi battle ready. Antara lain, meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang efektif. Baik secara verbal (speaking in public), maupun tertulis dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. Kemampuan menulis saat ini sangat dibutuhkan karena perlunya story telling untuk menyampaikan pesan dan pembuatan konten untuk media sosial.
Para praktisi PR dan komunikasi yang battle ready dianggap sudah memiliki kemampuan dasar. Kemampuan tersebut seperti membuat stakeholders mapping, perception survey, building relations dan engagement, media relations dan engagement, issues management, crisis management. Kemudian, kemampuan membuat berbagai PR tools seperti menulis rilis media, membuat standby statement, briefing document, dan sebagainya.
Untuk mengetahui sampai di mana para praktisi sudah siap tempur, maka sebaiknya diadakan uji kompetensi untuk mengetahui tingkat kemampuan. Bila masih ada skills yang kurang, sebaiknya
ditingkatkan melalui berbagai pelatihan. Melihat kemampuan yang perlu dimiliki praktisi PR di government PR maupun corporate PR di “medan perang” seperti yang diuraikan di atas, maka timbul pertanyaan: are you battle ready?