Di negeri ini, ada begitu banyak forum apresiasi. Sayangnya, sangat sedikit yang ditujukan khusus bagi kinerja humas pemerintah alias government public relations (GPR). Anugerah Humas INDONESIA (AHI) ingin menjadi salah satu ajang apresiasi GPR yang bergengsi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Awalnya, adalah soal isu kesenjangan antara kualitas karya humas pemerintah dengan humas korporasi. Dalam banyak forum diskusi hingga apresiasi, isu bahwa humas pemerintah selalu kedodoran dalam menjalankan fungsi komunikasi atau kehumasan sangat mengemuka. Kesan lambat, ala kadarnya, atau bahkan menghindar dari situasi sulit ketika menghadapi masalah, acap kali dilabelkan pada aktivitas kehumasan pemerintah. Jika pun fungsi komunikasinya berjalan, hasilnya tidak maksimal. Sekadar menggugurkan kewajiban, tidak menyentuh esensi peran kehumasan yang sejatinya.
Padahal, jika menilik lebih dalam, ada banyak potensi aktivitas kehumasan pemerintah yang tak sekadar biasa. Melainkan mulai muncul bibit-bibit yang excellent alias luar biasa. Pola-pola komunikasi yang dijalankan, juga menunjukkan gelagat untuk mengikuti tren kehumasan kekinian di era serba digital. Metodenya pun, tak kalah anyar: memanfaatkan storytelling. Sayangnya, hal demikian belum merata di seluruh organisasi humas pemerintah. Kendalanya selalu klasik. Jika bukan keterbatasan anggaran, maka selalu menyangkut urusan kewenangan yang tak memadai.
Belum lagi, panggung-panggung kompetisi kinerja antarhumas pemerintah memang masih sangat sedikit. Yang terekam dalam radar PR INDONESIA dan HUMAS INDONESIA, misalnya, hanya Anugerah Media Humas (AMH) yang dibesut oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) melalui organisasi Bakohumas Pusat. Harus diakui, selama mengikuti perjalanan kegiatan AMH tersebut, PR INDONESIA memperoleh kesan acara itu penuh dengan gebyar, dihadiri ribuan praktisi humas pemerintah dari seluruh tanah air.
Kehadiran AHI 2019 yang baru pertama kalinya diselenggarakan HUMAS INDONESIA (HI) tahun ini, kami harapkan mengisi “kekosongan kompetisi” yang belum terisi oleh forum apresiasi senada yang lain. Bahkan, oleh AMH yang dibesut Bakohumas Pusat itu sendiri.
Sejatinya, tidak mudah menggelar sebuah kompetisi bagi insan pemerintah tanpa melalui mesin birokrasi. Tapi, di situlah justru letak tantangan AHI. Keinginan untuk menjadi sebuah kompetisi dan ajang apresiasi yang independen, membulatkan tekad kami untuk memulai AHI tahun ini juga. Alhamdulillah, forum ini langsung mendapat respons positif dari salah satu kepala daerah, yang kemudian membuat HUMAS INDONESIA berkolaborasi dengannya. Itulah Walikota Tangerang Arief R Wismansyah.
Distribusi Kualitas
Walaupun baru pertama kali, AHI 2019 yang menghadirkan sepuluh kategori kompetisi, mendapat animo cukup menggembirakan. Total 100 entri lebih, dari 50-an lembaga pemerintah dan korporasi yang mengikutinya. Panitia menerjunkan lima orang juri independen yang mewakili masing-masing kategori. Unsur branding, desain, strategic public relations, keterbukaan informasi publik, dan media management.
Mereka yang berhasil menjadi pemenang dan menyabet trofi AHI 2019, jelas-jelas menunjukkan diri memiliki potensi untuk mendorong berkurangnya kesenjangan kualitas kinerja humas pemerintah. Tinggal kini, soal pemerataan dan distribusi kualitas itu ke lebih banyak organisasi pemerintah.
PR INDONESIA dan HUMAS INDONESIA percaya, langkah-langkah seperti ini akan kian menebalkan semangat berkarya praktisi humas pemerintah. Yang pada gilirannya, mereka dan para pemimpin di institusi masing-masing, memandang humas bukan sekadar urusan remeh temeh. Lebih dari itu, humas adalah soal reputasi dan masa depan sebuah organisasi.
Bergabunglah bersama kami di puncak acara di Kota Tangerang, 28 - 30 Agustus 2019. Selamat kepada seluruh peserta AHI 2019. Anda semua adalah pemenang! (Asmono Wikan)