Bahasa tak hanya alat untuk berkomunikasi. Namun, akar dalam berpikir. Semakin dipelajari, pemikiran akan semakin kaya.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Sayangnya, belakangan ini penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kerap dipandang sebelah mata. Sebagai contoh, masyarakat umumnya lebih bangga jika mampu menggunakan campuran bahasa asing saat melakukan percakapan sehari-hari. Hingga timbul fenomena bahasa “anak Jaksel” yang kerap menggabungkan penggunaan istilah atau bahasa Inggris dengan Indonesia.
Kondisi serupa juga terjadi di generasi muda tanah air. Data Kemendikbud menunjukkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia tahun 2018 untuk jurusan ilmu alam (IPA) adalah 68,49 sementara jurusan ilmu sosial (IPS) 59,62, atau di atas sedikit dari standar kelulusan, yakni 55. Tahun 2019, hasilnya tak jauh beda. Nilai UN Bahasa Indonesia untuk jurusan IPA hanya mengalami kenaikan angka sebesar 1,2 poin yaitu 69,69 sedangkan IPS mengalami penurunan angka sebesar 0,11 poin yaitu 59,51.
Padahal menurut penyanyi sekaligus produser Gita Gutawa yang ditemui saat acara Quipper di Jakarta, Selasa (30/7/2019), semakin seseorang menguasai banyak diksi, semakin kaya pula artikulasinya. Hal ini dapat membantu yang bersangkutan dalam menata pikirannya. Sementara bagi Gita, kondisi ini sangat membantunya dalam membuat lagu.
Prihatin akan hal tersebut, perempan lulusan S1 dan S2 universitas terkemuka di Inggris ini terdorong untuk menjadi bagian dari Quipper Super Teacher. Di program itu, Gita didapuk sebagai guru Bahasa Indonesia. Metode pengajaran menggunakan internet memungkinkan sulung dari dua bersaudara itu menyapa seluruh siswa hingga ke pelosok negeri.
Selain Gita, Quipper juga menghadirkan guru inspiratif lainnya dari kalangan selebriti. Sebut saja Vidi Aldiano, Febby Rastanty dan Tasya Kamila. (rvh)