Masih ingat kasus vlogger Rius Vernandes versus Garuda Airlines (GA)? Akibat perusahaan salah merespons, reputasi maskapai Nasional Flag Carrier ini luluh lantak hanya dalam hitungan jari.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Dikutip dari PRDaily, para ahli PR dan media membagi 13 cara berstrategi dan keluar dari krisis. Antara lain:
1. Bersiap di saat “Hari yang Cerah”
“Bersiaplah saat cuaca cerah,” ujar Gerard Braud, mantan jurnalis televisi. Maksud cerah di sini adalah saat perusahaan tidak sedang mengalami krisis. Caranya, bisa dengan mempererat hubungan baik dengan media sehingga ketika krisis melanda, PR telah memiliki relasi yang kuat dengan media. Upaya melakukan konfirmasi terhadap segala berita yang beredar dapat berlangsu jugang dengan mudah.
2. Buat Pernyataan Pertama
Tahapan ini harus ada di setiap rencana komunikasi saat krisis. Pernyataan kritis pertama adalah cara terbaik untuk memberi tahu kepada publik bahwa perusahaan tengah dilanda krisis, perusahaan mengetahuinya, sedang mengatasinya, dan PR berjanji akan senantiasa memberikan lebih banyak informasi terbaru seputar perkembangan krisis.
3. Tentukan Target Audiens
Ketika itu, Gil Rudawasky dari GroundFloor Media mengatakan, PR harus fokus menyampaikan pesan kepada audiens yang tepat. Selektif dalam menentukan media mana yang dapat menjangkau audiens perusahaan dan platform media sosial yang akan digunakan.
4. Cepat
Jika PR mampu bertindak cepat dan menunjukkan perusahaan tanggap serta mampu mengatasi masalah tersebut, situasi negatif akan segera mereda dan terhindar dari blunder.
Keluarkan pernyataan resmi dan tunjuk juru bicara yang kompeten untuk menjawab setiap pertanyaan wartawan.
Waspadalah terhadap media sosial dan situs web berbagi video. Keberadaannya mengubah cara manusia berperilaku, bahkan bisa menciptakan keadaan yang berpotensi menimbulkan krisis bagi perusahaan. Contoh, cuitan karyawan bernada rasis di media sosial, pelanggan yang menyebarkan kebohongan, bahkan perlawanan dari kompetitor. Mintalah bantuan dari para pakar komunikasi untuk menanggapi segala kemungkinan tersebut.
5. Ringkas dan Komprehensif
Pada saat krisis, pastikan internal kompak. Sebab dalam waktu yang singkat dan terbatas, perusahaan harus memberikan banyak informasi kepada seluruh stakeholders secara berkelanjutan. Komunikasikan segala hal yang tengah dilakukan perusahaan dalam menangani krisis menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin dan mudah dipahami.
Jika belum yakin, hindari berjanji untuk memberikan jawaban pada jangka waktu tertentu. Atau, memberikan pendapat padahal perusahaan belum menemukan solusi.
6. Jujur
Aturan baku mengomunikasikan krisis harus jujur dan jelas. Tujuannya, agar audiens menaruh kepercayaan bahwa perusahaan mampu melewati masalah.
7. Rendah Hati
Terlepas bahwa krisis tersebut telah mengecewakan pelanggan, termasuk karyawan itu sendiri, pastikan perusahaan mengakui dengan penuh kerendahan hati dan memastikan tidak akan mengulangi kesalahan. BERSAMBUNG (ais)
Sumber:
https://www.ragan.com/white-papers/prepare-crisis-13-tips/?utm_source=site&utm_medium=inlinead