Kehadiran pelaku bisnis financial technology (fintech) mewarna industri finansial di tanah air. Keberadaannya dianggap sebagai ancaman sekaligus peluang untuk berkolaborasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Fenomena ini membawa tantangan tersendiri bagi praktisi public relations (PR) di industri perbankan. Seperti juga dirasakan oleh Abdul Haris Sahilin dari PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (BPD Kaltim Kaltara). Pria yang per tanggal 17 Mei 2019 ini menjabat sebagai Pemimpin Divisi Human Capital setelah 15 tahun mengabdi sebagai Corporate Secretary perbankan yang dikenal dengan nama Bank Kaltimtara itu mengatakan, kondisi tersebut memaksa PR untuk terus menggali ide-ide kreatif untuk mengomunikasikan produk dan layanan yang sejalan dengan core business perusahaan.
Para pelaku fintech secara tidak langsung masuk ke dalam area bisnis yang selama ini sudah dijalankan oleh industri perbankan. Contoh, jika dahulu masyarakat menggunakan kartu kredit hingga debit dalam bertransaksi, kini semakin dimudahkan dengan kehadiran aplikasi uang elektronik (e-money) seperti OVO, Go-Pay, Link-Aja, hingga Dana.
Diakuinya, meskipun sejak lama industri perbankan melakukan transformasi ke arah digital dan pangsa mereka berbeda, namun tak dapat dimungkiri, kehadiran para pendatang baru berbasis digital tetap memengaruhi industri yang sudah stabil.
Adapun strategi perencanaan dalam berkompetisi di area yang sama namun dengan lingkup yang berbeda ialah dengan cara merangkul lawan menjadi kawan. BPD Kaltimtara memutuskan untuk berkolaborasi dengan para pelaku fintech seperti OVO dan Bukalapak, guna menunjang pelayanan pembayaran tagihan listrik dan air masyarakat. "Strategi ini cukup efektif dan efisien dalam menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman," ujar pria yang ditemui PR INDONESIA usai menerima apresiasi sebagai 50 PR Pilihan PR INDONESIA di Jakarta, Jumat (17/5/2019).
Ia menekankan bahwa PR sebagai garda terdepan perusahaan harus mampu menangkap peluang kolaborasi dengan berbagai pihak, bahkan yang dinilai sebagai kompetitor. Dengan catatan, dalam mengolah strategi komunikasi harus sejalan dengan pengembangan produk dan layanan perusahaan. “Satu sisi kita lihat ke dalam, setelah itu baru kita bisa lihat ke luar untuk berkolaborasi sesuai kebutuhan,” ujar pria yang selama dua tahun berturut-turut terpilih sebagai Best Presenter di ajang PR INDONESIA Awards (PRIA).
Agen Edukasi
Konsisten menjalin kolaborasi dengan melibatkan banyak pihak, nyatanya telah lama dilakoni oleh Haris bersama tim. Puncaknya, tahun 2015, mereka sukses menyelenggarakan program corporate social responsibility (CSR) bertajuk Agen Edukasi. Program yang memanfaatkan kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang menjadi agenda wajib di setiap kampus ini sekaligus bertujuan untuk mendorong literasi keuangan sesuai anjuran Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Keberadaan mahasiswa sekaligus memberikan literasi keuangan kepada masyarakat.
“Sebelum terjun ke lapangan, kami terlebih dahulu memberikan edukasi kepada mahasiswa tentang cara mengelola keuangan yang baik, memahami produk dan jasa keuangan, hingga cara menghindari investasi bodong,” katanya. Hasilnya, survei OJK tahun 2016 menunjukkan angka literasi keuangan masyarakat Kaltimtara meningkat signifikan. Bahkan, jauh di atas tingkat literasi keuangan nasional.(ais)