Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. Pesan itu memenuhi lini WhatsApp dan jagat maya sejak pukul 4 pagi, Minggu (7/7/2019).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ya, Indonesia telah kehilangan putra terbaiknya. Khususnya, di kalangan public relations (PR). Di antara sekian banyak humas, ia dikenal berjasa menyampaikan informasi bencana dan pascabencana terkini dan terakurat yang terjadi di tanah air. Dari sosoknyalah, publik mengenal fungsi humas. Citra profesi ini pun ikut terangkat.
Pria yang aktif di dunia media sosial, terutama Instagram ini terakhir kali mengunggah video pendek di akun IG-nya tiga minggu lalu. Saat itu, peraih Tokoh Berpengaruh Asia 2018 dari Strait Times tersebut berpamitan sekaligus meminta restu kepada warganet karena akan bertolak ke Guangzhou, Cina, untuk melakukan pengobatan kanker paru-paru stadium 4B yang telah menyebar ke tulang hingga organ tubuh lain. Pengobatan ini diperkirakan bakal memakan waktu sebulan.
Di tengah ikhtiarnya berobat, ia masih sempat meminta maaf karena kepergiannya itu dapat mengakibatkan Sutopo tidak bisa menyampaikan informasi bencana dengan cepat. Siapa sangka, itu adalah unggahannya yang terakhir. Belum genap sebulan, ia sudah dipanggil untuk menghadap sang Khalik setelah selama lebih setahun berjuang melawan kanker.
Kenangan Terakhir
Masih segar dalam ingatan kala PR INDONESIA melakukan wawancara secara mendalam untuk kali pertama di kantornya di Jakarta, Senin (22/4/2019). Saat itu, wawancara dilakukan dalam rangka merealisasikan program 50 PR Pilihan PR INDONESIA, apresiasi yang diselenggarakan PR INDONESIA menjelang ulang tahunnya yang keempat. Sayangnya, pada saat penganugerahan, Sutopo berhalangan hadir dan hanya diwakilkan oleh stafnya. Dari mereka, kami beroleh informasi, hari itu bertepatan dengan jadwalnya check-up.
Sebenarnya, kami sudah beberapa kali bertemu dan bercakap secara singkat karena Sutopo memang tipe humas yang mudah dihubungi dan ditemui wartawan. Yang pertama, saat kami sedang mempersiapkan Main Story bertema “Mengelola Komunikasi Pascabencana”.
Tak dinyana, saat sudah sempat berkomunikasi via WhatsApp, bahkan menentukan jadwal wawancara, negeri ini kembali diterpa bencana dahsyat. Ya, tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, 28 September 2018. Seketika, pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, 49 tahun lalu itu tak bisa lagi kami hubungi. Kami mafhum. Ia sedang fokus mempersiapkan informasi terkini terkait situasi pascabencana di sana.
Kali kedua, kami berjumpa saat Anugerah PERHUMAS di Konvensi Nasional Humas yang diselenggarakan PERHUMAS, 10 Desember 2018. Saat doorstop, kami sempat memintanya untuk menyampaikan pesan bagi para praktisi humas di Indonesia. Jawabannya sungguh menentramkan sanubari. "Humas Indonesia, bekerjalah dengan hati. Kita harus melayani publik. Jangan besar karena jabatan, tapi besarkanlah jabatan kita dimanapun kita ditempatkan,” kata pria yang hari itu tubuhnya tampak makin tirus, namun semangatnya telah mengalahkan segalanya.
Bahkan Presiden RI Joko Widodo terkesan dan selalu mengingat pesan almarhum. “Hidup itu bukan soal panjang pendeknya usia, tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain,” kutip sang Presiden dalam akun IG-nya. Ya, sebagai humas, Sutopo telah memberikan banyak manfaat kepada ratusan juta penduduk Indonesia karena telah memberikan informasi bencana yang melanda negeri ini dengan cepat sehingga kita waspada dan tidak kebingungan.
Hingga akhir hayatnya, mantan peneliti BPPT yang awalnya sempat menolak ditempatkan sebagai humas, tapi sekarang mengaku “kecanduan” dengan profesinya itu, senantiasa mendorong timnya untuk mendapatkan beasiswa dan pelatihan demi kaderisasi agar dapat menggantikan posisinya kelak.
Selamat jalan Pak Sutopo! Semangat dan pesanmu akan selalu tertanam di dalam hati. Terima kasih karena telah menginspirasi. (rtn)