Asam garam perjalanan karier telah dilalui Nia Sarinastiti. Mulai dari menjajal dunia presenter televisi, bekerja untuk Masyarakat Perhutanan Indonesia (MPI), hingga melabuhkan diri ke perusahaan global konsultasi teknologi, Accenture Indonesia.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Pengalamannya yang segudang tak ayal membuat alumnus Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) ini jadi andalan dalam hal komunikasi di perusahaan yang dahulu bernama Anderson Consulting itu. Tahun ini menjadi tahun ke enam perjalanan karier Nia di perusahaan yang berkantor pusat di Dublin, Irlandia tersebut. Menariknya, ini merupakan kali kedua Nia bergabung dengan Accenture Indonesia. Jauh sebelum itu, tepatnya tahun 1997 hingga 2003, perempuan yang menyelesaikan gelar masternya di School of Journalism and Mass Communication University of Colorado itu pernah bekerja di Accenture.
Setelah puas melanglang buana, 15 Juli 2013, Nia kembali dipinang oleh Accenture Indonesia sebagai Marketing and Communication Director. Ketika kembali ia merasakan perubahan drastis. Hampir 55 persen karyawannya adalah generasi millennials. Pendekatan dengan internal karyawan sudah tidak bisa menggunakan cara-cara lama yang old school. “Dulu kita tidak punya media sosial karena kita berpikir ini adalah perusahaan B2B. Tetapi ternyata kita butuh untuk mencari kandidat atau pegawai baru,” ujarnya kepada PR INDONESIA di Jakarta, Kamis (18/4/2019).
Menginduk pada perusahaan global, PR Accenture Indonesia dinilai cukup berkembang pesat mengikuti dinamika zaman. Sebagai konsultan, Accenture harus selalu selangkah lebih maju dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Terutama dalam hal mencetuskan ide kreatif, serta melahirkan programprogram PR yang inovatif dan out of the box. “Jika kita bertemu klien, maka kita harus berpikir seperti pemimpin,” ujarnya.
Tantangan lainnya, sebagian besar materi PR yang diperoleh dari induk perusahaan menggunakan bahasa Inggris, maka menjadi tugas Nia dan tim untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia yang sederhana dan mudah dipahami oleh para stakeholders. Peranannya menjadi semakin vital manakala jajaran direksi memandang PR sebagai tandem dari manajemen. “Di setiap country counsel meeting, PR selalu hadir. Ini menunjukkan bahwa kita bagian dari pertemuan para pemimpin,” kata peraih gelar PhD Communications Studies Universitas Indonesia.
Adapun kontribusi PR yang diharapkan oleh manajemen antara lain bersikap proaktif, memberikan masukan, dan inisiatif yang sifatnya relevan. Artinya, PR tidak hanya menjalankan apa yang diminta oleh pemimpin, tapi mampu memberikan yang terbaik untuk perusahaan. “Ini sebuah penghargaan, artinya pemimpin mengakui bahwa PR itu penting,” ujarnya.
“Helicopter View”
Kepada praktisi PR generasi muda, ia berpesan untuk terus memperdalam insight. Bukan hanya tentang perusahaannya, tetapi juga tentang kompetitor dan industrinya secara luas. Tak kalah penting, banyak membaca analisis industri dimana perusahaanya bergerak dan menulis dengan mengangkat isu terkini yang layak dimuat. “Jangan sampai hanya tahu tentang dirimu sendiri, tapi kamu harus melihat dari helicopter view,” pungkasnya.
Perempuan yang menaruh minatnya pada industri lingkungan hidup dan pembangunan ini menyimpan sebuah impian besar untuk memberikan kontribusi yang berharga bagi kemajuan bangsa Indonesia. Salah satunya ia wujudkan melalui perannya di Accenture Development Partnership, yang memberikan konsultasi bagi pemerintah. (ais)