Vandalisme Kembali Marak, KCI Gencar Sosialisasi
PRINDONESIA.CO | Jumat, 24/05/2019 | 2.072
Vandalisme Kembali Marak, KCI Gencar Sosialisasi
Upaya sosialisasi bahaya vandalisme bertujuan untuk menyiapkan product knowledge, khususnya kepada generasi muda agar ke depan lebih siap dalam menggunakan transportasi publik.
Dok. KCI

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sebagai operator sarana kereta rel listrik (KRL) mencatat adanya peningkatan frekuensi peristiwa vandalisme terhadap kereta pada periode Januari – Maret 2019. Pada triwulan pertama tahun ini, setidaknya ada 15 peristiwa vandalisme utamanya pelemparan terhadap KRL. Peristiwa ini merupakan ancaman terhadap keselamatan pengguna dan keselamatan serta kelancaran layanan KRL.

Tak hanya itu, dampak dari pengrusakan terhadap operasional dan layanan KRL pun terbilang besar. Saat kaca KRL pecah akibat pelemparan batu, misalnya, kereta tersebut harus segera ditarik ke Dipo terdekat untuk dilakukan penggantian kaca.

Proses penggantian untuk setiap kaca yang pecah memerlukan waktu antara 1 – 1,5 jam. Waktu ini di luar perjalanan mengembalikan kereta ke Dipo dan mengirim rangkaian pengganti. Sehingga, efek dari waktu penggantian ini berpotensi menyebabkan keterlambatan jadwal KRL bahkan hingga pembatalan. Hal ini tentu saja akan berakibat terganggunya rencana perjalanan ribuan pengguna KRL. Sebagai informasi, saat ini jumlah pengguna KRL mencapai 1,1 juta penumpang per hari. Jumlah ini meningkat karena frekuensi perjalanan KRL juga bertambah, yakni 938 perjalanan dalam sehari.

Untuk itu, kata Anne Purba, Vice President Corporate Communication PT KCI kepada PR INDONESIA di Jakarta, Kamis (25/4/2019), penting bagi KCI memberikan sosialisasi dan edukasi. Jerat hukum pun tidak selalu bisa maksimal karena kebanyakan usia para pelakunya masih anak-anak.

Adapun kegiatan sosialisasi utamanya menyasar kepada masyarakat, anak-anak, dan siswa sekolah. Audiens  tersebut dipilih karena para pelaku vandalisme umumnya anak-anak hingga remaja awal di bawah 15 tahun. Saat tertangkap alasan mereka umumnya sama: iseng.

Sementara pemilihan lokasi sosialisasi berdasarkan hasil pemetaan area sekitar tempat kejadian vandalisme. Seperti, Masjid As-Salamah, Jakarta Timur dan SMP PGRI 2 dan SMK 39 di dekat Stasiun Buaran. Materi edukasi terkait bahaya dan dampak vandalisme dan upaya menumbuhkan kesadaran terhadap keselamatan pengguna KRL disampaikan oleh humas bersama Tim pengamanan dan tim stasiun. Bersamaan dengan kegiatan tersebut, KCI juga memberikan santunan berupa perlatan ibadah dan olahraga.

Saat melakukan sosialisasi dan edukasi di SMP PGRI 2 dan SMK 39, KCI sekaligus mengedukasi tentang bahaya dan risiko apabila mereka beraktivitas di sekitaran stasiun sehubungan telah aktifnya rel double double track (DDT). Dalam sosialisasi yang dilakukan saat sekolah melakukan kegiatan upacara, Senin (15/4/2019), pada pukul 07:30 WIB, ini PT KCI menyerahkan spanduk, poster dan materi edukasi lainnya untuk diberikan kepada masyarakat setempat.

Anne mengatakan, hingga akhir tahun ini, kegiatan serupa akan dilakukan kepada sekitar 30 sekolah di Jakarta. Selain sekolah dan masjid, PT KCI juga akan secara rutin melakukan berbagai pertemuan dengan warga dan tokoh masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi rel.

Gandeng “Influencer”

Agar gaungnya makin terdengar, Corporate Communication PT KCI menggandeng para influencers media sosial seperti blogger dan selebgram. Sementara untuk upaya jangka panjag, saat ini PT KCI sedang membangun Ruang Edukasi bagi anak-anak. Sehingga, mereka yang sedang melakukan field trip bisa merasakan langsung pengalaman naik KRL.

Aktivitas sosialiasi juga gencar dilakukan baik above the line (ATL) maupun below the line (BTL). “Selama sosialisasi, selain menggandeng media, kami juga bekerja sama dengan KAI memberikan voucher kereta api guna memberikan pengalaman menggunakan kereta api,” kata Anne.

Menurut Anne, upaya ini bertujuan untuk menyiapkan product knowledge, khususnya kepada generasi muda agar ke depan lebih siap dalam menggunakan transportasi publik. Ya, proses revolusi mental atau mengubah kebiasaan masyarakat mulai dari budaya mengantre, penerapan sistem kartu elektronik, hingga aturan membuang sampah memang perlu dilakukan secara bertahap, konsisten dan berkelanjutan. “Sekarang sudah mulai terasa perubahannya. Kini, masuk tahap menjaga,” ujarnya. (ais)

BERITA TERKAIT
BACA JUGA
tentang penulis
komentar (0)
TERPOPULER

Event

CEO VIEW

Interview

Figure

BERITA TERKINI