Tiap media sosial memiliki karakteristik dan target audiens masing-masing. Cara mengelolanya pun berbeda. Pun demikian dengan LinkedIn.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Di antara sekian banyak media sosial (medsos), LinkedIn identik sebagai professional platform. Bagi perusahaan, keberadaannya dinilai potensial, terutama untuk membangun engagement dengan professional stakeholders.
Seperti kata founder Media Buffet PR Bima Marzuki saat menjadi pemateri dalam Workshop Jurnalistik BNI bertema “Kembangkan Kreativitas Jurnalistik di Era Digital” di Jakarta, Jumat (25/1/2019). Jika cara membangun awareness di Instagram atau Facebook menggunakan gambar dan narasi, maka beberapa hal berikut ini penting untuk diperhatikan ketika mengelola LinkedIn. Antara lain:
“Common Interest”
Maksudnya, mencari kesamaan kepentingan antara konten yang kita unggah dengan kepentingan pengikut. Kesamaan kepentingan itu bisa dilakukan dengan cara membangun percakapan melalui unggahan cerita sederhana seputar kehidupan sehari-sehari. Namun, tetap bernapaskan profesionalisme.
“Create Context”
Langkah ini diikuti dengan mention your network. Ketika PR membangun percakapan di LinkedIn, pastikan ada konteks, lalu tandai unggahan pribadi ke akun LinkedIn perusahaan. Tujuannya, untuk meningkatkan grafik pengunjung ke laman resmi perusahaan. Bima sudah membuktikannya. Unggahan dengan percakapan dan engagement tertinggi yang pernah diraihnya mencapai 19 ribu viewer dan 90 komentar. “Maksimalkan akun pribadi untuk mengarahkan orang lain berkunjung ke laman perusahaan,” ujarnya memberi saran.
“Concise Line”
Artinya, unggahan LinkedIn sebaiknya tidak menggunakan keterangan/caption foto lebih dari tiga baris. Alasannya, karakteristik target audiens saat ini cenderung tidak terlalu tertarik membaca teks panjang dan bertele-tele.
Pantau Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas warganet yang berkaitan dengan organisasi tempat kita bekerja, manfaatkan social listening tools untuk mengetahui isu/topik yang sedang menjadi perbincangan warganet atau beredar di dunia maya. “Pastikan apakah ada isu berbahaya yang berpotensi merusak reputasi. Atau justru sebaliknya, bisa menjadi peluang untuk perusahaan tempat kita bekerja,” ujarnya.
“Social Media Audit”
Lainnya yang tak kalah penting, lakukan social media audit. Tujuannya, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan sebuah konten yang sudah kita produksi. (ais)