Siapa yang menyangka kecintaannya terhadap dunia akting dan menulis mengasah soft skills-nya sebagai public relations (PR).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Cantik, muda, dan berbakat. Itulah yang tergambar saat menemui Eggie Nurmahabbi. Di usianya yang baru menginjak 26 tahun, perempuan yang merupakan ICON PR INDONESIA 2018 – 2019 itu telah menempati posisi strategis di perusahaannya. Yakni, sebagai Strategic Communication Leader PT Sinergi Informatika Semen Indonesia (SISI).
Dalam perbincangannya bersama PR INDONESIA jelang malam puncak Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #4 di Semarang, Jumat (9/11/2018), tergambar jelas Eggie memiliki semangat belajar khas millennial. Perempuan kelahiran tahun 1993 ini merupakan sosok yang tak mudah berpuas diri. Karakternya itu ditunjukan dengan keikutsertaannya di ajang ICON PR INDONESIA yang diselenggarakan PR INDONESIA.
Alasan yang memotivasinya ketika itu adalah semangat untuk membangun jejaring dan menambah ilmu PR. Apalagi masih banyak orang yang memandang sebelah mata profesi ini secara umum, dan pandangan yang salah tentang generasinya, kaum millennial. “Dari ajang ini saya ingin menunjukkan praktisi PR di bawah usia 30 tahun bisa berperan strategis di perusahaan. Mereka tidak selalu diidentikkan dengan pegawai yang menjalankan hal kecil seperti tukang foto dan membuat rilis,” ujarnya bersemangat.
Akting
“Saya suka akting,” katanya. Bakatnya terasah kala ia duduk di bangku kuliah. Saat itu, alumni Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro tersebut aktif melakukan pentas bersama Teater Dipo. Di kancah teater ini, ia tak Cuma berpartisipasi sebagai pemeran, tapi juga sutradara dan penulis naskah.
Aktif di dunia teater sangat membantu Eggie saat memasuki dunia kerja sebagai PR. “Teater mengasah kemampuan saya dari olah vokal, beradaptasi dengan lawan main, mengatur intonasi, cara berdialog, hingga event management. Semua kompetensi ini penting dimiliki praktisi komunikasi seperti PR,” ujar perempuan yang sudah memulai hobinya itu sejak SMP. Lebih dari itu, dalam dunia teater juga diajarkan cara mengatasi krisis dan menghadapi banyak orang.
Kecintaannya yang lain adalah menulis, Eggie menyalurkan hobinya melalui blog pribadi. Isinya beragam mulai dari pengalaman pribadi sampai hal-hal yang berkaitan dengan dunia PR/ komunikasi. Salah satunya, saat ia menulis pengalamannya mengunjungi suku Baduy, Banten. Untuk sampai di lokasi, ia bersama temannya harus menempuh perjalanan sejauh 15 km. Dari pengalamannya itu, ia bisa membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ilmu PR dapat dipraktikkan di mana pun dan kepada siapa saja, termasuk warga suku Baduy.
Kepada praktisi muda PR, ia berpesan agar tidak terpaku pada rutinitas. Pemahaman itu dipelajarinya saat melakukan pementasan “Elegi” Teater Dipo tahun 2014. Pementasan yang sempat viral di beberapa media lokal ini bercerita tentang pentingnya strategi komunikasi. “Dari cerita itu, ada hikmah yang dapat dipetik sebagai praktisi PR. Yaitu, harus memerhatikan 3M—mind, mouth, manner,” ujarnya.
Maknanya adalah, praktisi PR harus berwawasan luas dan berpikir kritis, mampu PR berkomunikasi verbal, terutama ketika menghadapi klien/audiens, serta senantiasa menjaga sikap sebagai representasi perusahaan. (umi)
Selengkapnya baca PR INDONESIA versi cetak dan SCOOP edisi 47/Februari 2019. Hubungi Sekhudin: 0811-939-027, [email protected]