Bermula dari aktivitasnya di OSIS saat SMA, Dena, sapaan karib Leidena, mengenal dunia public relations (PR). Saat itu, ia ditempatkan di Divisi Humas. Perjalanannya menyelami dunia humas pun terus berlanjut ke bangku kuliah, hingga saat ini sebagai Pranata Humas Setjen dan BK DPR RI.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Perempuan kelahiran Banyumas, 17 Desember 1988, ini memang dikenal aktif berorganisasi sejak SMA. Dari situ pula dia berkenalan dengan dunia humas. Sejak kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Dipenogoro, Semarang, keingintahuannya terhadap PR makin besar. Ia juga sadar untuk menyesap semua informasi tak cukup hanya mengandalkan materi yang didapat dari bangku kuliah. Ia lantas memutuskan untuk bergabung ke dalam beberapa organisasi.
Melalui berbagai aktivitas itulah, pemenang pertama ICON PR INDONESIA 2018 – 2019 tersebut berkesempatan untuk terus mengasah dan mengembangkan inovasi dan kreativitasnya. Salah satunya, ia bersama dengan rekan-rekannya mengadakan Caraka Festival Kreatif pertama untuk mahasiswa se-Indonesia. Bekerja sama dengan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan Creative Circle Indonesia, ajang ini bertujuan sebagai wadah bagi mahasiswa yang ingin menunjukkan eksistensi, menciptakan ide yang inovatif dan kreatif.
Tidak puas hanya membangun relasi di kampus, peraih The Best Three dalam Suara Merdeka AdStudent Competition dan The Best Graduate Certified Workshop Marketing Communication ini pun melirik kancah nasional. Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia menjadi pilihannya. Tak tanggung-tanggung, di organisasi itu, perempuan beramput poni itu mendapat amanah sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) yang mempimpin 82 universitas se-tanah air.
Tempat Belajar
Sepak terjangnya di dunia humas makin menantang tatkala perempuan yang bercita-cita sebagai presiden ini bekerja sebagai Pranata Humas Setjen dan BK DPR RI—lembaga legislatif yang kerap berhadapan dengan pemberitaan negatif dan sikap apatis masyarakat terhadap politik. Apalagi, di lembaga itu, diisi oleh 560 komunikator politik yang semuanya memiliki hak berpendapat. “Kami harus mencari cara untuk dapat membuat formulasi PR dengan tetap menjaga reputasi lembaga,” kata anggota PERHUMAS dan IPRAHumas itu saat ditemui jelang malam puncak Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) #4 di Semarang, Jumat (9/11/2018).
Ya, lembaga ini menjadi tempat belajar yang sesungguhnya bagi praktisi humas seperti Dena. “Kondisi ini menuntut kami untuk terus belajar. Salah satunya, belajar tentang dahsyatnya kekuatan narasi dan komunikasi nonverbal yang bisa mengubah keadaan yang tadinya terlihat buruk menjadi sesuatu yang nyaman disampaikan kepada publik,” imbuh perempuan yang memiliki impian jangka pendek mengambil master di negara berjuluk mother of parliaments, Inggris, dan bergabung dengan organisasi PR tingkat internasional. Selain, tentu saja, menjadi yang terdepan dalam menghimpun dan mengetahui perkembangan dan situasi politik yang dinamis.
Pencapaian yang sudah diraihnya tak terlepas dari peran dan dukungan orangtua. Terutama, sang ayah. Dena bercerita dulunya ia tipikal introvert. “Bapaklah yang menggerakkan, mengajarkan, dan menggandeng saya untuk aktif berorganisasi, hingga saya akhirnya jatuh cinta pada kehidupan organisasi,” tuturnya. Pesan yang selalu diingat, “Kalau orang pintar dan baik tidak mau berkontribusi untuk negara, jangan mengeluh jika output yang dihasilkan dari negara pun kurang baik,” kata penikmat kopi itu seraya menirukan ucapan sang ayah. Alasan itu pula yang mendorong Dena terlibat dalam ajang ICON PR INDONESIA: ingin memberikan kontribusi nyata agar negara ini menjadi lebih baik dengan strategi government PR yang juga baik. (fik)
Selengkapnya baca PR INDONESIA versi cetak dan SCOOP edisi 46/Januari 2019. Hubungi Sekhudin: 0811-939-027, [email protected]