Beragam fenomena terjadi di media sosial. Sebut saja penyebaran hoaks, satire, black campaign, double check, standarisasi respons, hingga konten bernuansa solutif. Keberadaanya tak hanya mewarnai tapi juga menantang untuk disikapi para pelaku PR dalam mengelola konten media sosial.
SEMARANG, PRINDONESIA.CO – Ini dikarenakan, jika tidak sigap menangani, beragam hal yang berpotensi menimbulkan krisis tadi dapat berdampak pada reputasi perusahaan atau lembaga tempat di mana kita bekerja. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Zulkifli, Growth Manager PRecious Communication, saat mengisi materi Kelas Under 30’s bertema “Mengelola Konten Media Sosial yang Reputatif, dari Strategi Hingga Eksekusi” di Semarang, Kamis (8/11/2018). Sesi workshop ini merupakan rangkaian dari acara Jambore PR Indonesia (JAMPIRO) #4.
Melihat skala potensi, Zulkifli pun menyarankan agar instansi/korporasi tidak sembarangan menempatkan orang yang bertugas mengelola media sosial. Terutama bagi para praktisi PR, harus memiliki strategi umum dalam mengelola konten demi tujuan jangka panjang. Berikut ini lima pegangan dasar dalam mengelola media sosial. Di antaranya:
“Who”
PR harus mengenali dengan baik admin yang akan ditempatkan sebagai pengelola akun media sosial. Admin tersebut haruslah memenuhi kriteria ideal seperti emosi yang stabil, mampu berpikir jernih, serta tidak mudah terpancing emosi ketika menghadapi permasalahan.
“Says What”
Selanjutnya, apa yang hendak dipublikasikan? Untuk mengoptimalkan konten yang akan diunggah, alangkah baiknya jika terlebih dahulu menentukan key message yang di dalamnya mengandung empat kriteria berikut ini. Antara lain, singkat dan ringkas, mudah dipahami, akurat atau dapat dibuktikan, serta relevan. “Pembuatan key message sangat mempengaruh says what kita, harus berhati-hati,” katanya.
“To Whom”
Buat peta target pemasaran yang hendak dituju. Zulkifli mengelompokkannya ke dalam dua segmentasi. Yakni, umum dan khusus. “Ketahui terlebih dahulu segmentasinya, baru kita bisa menentukan momentum pertumbuhan merek,” ujarnya.
“Which Channel”
Sementara untuk menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, PR perlu memetakan saluran komunikasi yang hendak digunakan. “PR harus mengenali startup di channel yang banyak digunakan oleh target audiens, agar hubungan dengan publik dapat terbangun dengan baik,” jelasnya.
“What Effect”
Agar reputasi terjaga dengan baik, PR harus memperhatikan dampak apa yang sekiranya dapat timbul dari pengelolaan media sosial kita. Satu sisi dapat bermanfaat bagi perusahaan, di sisi lain dapat menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri. Sebagai penutup, Zulkifli berpesan teruslah menciptakan opini positif agar strategi pengelolaan media sosial dapat memberikan sumbangsih nyata demi kemajuan perusahaan. (bil)